Pasangan Kikuk.

3.1K 306 23
                                    

CIIT.. Sebuah sedan hitam berhenti di depan rumah sederhana di suatu kompleks perumahan. Dua orang turun dan membawa barang yang terkemas rapi dalam box.

Besar sekali, kesan pertama Sakura. Rumahnya memang tak begitu mewah, tapi perkarangannya luas bukan main!

Sasuke memutar daun pintu. Tanpa menoleh ke belakang, ia masuk dengan santai. Sementara wanita di belakang yang sedang memeluk barang bawaan masuk dengan cara berjingkat.

"Sumimasen" izinnya sopan. Meski tau kelak menjadi penghuni rumah, Sakura harus menunjukkan sikap sopan saat pertama bertamu.

"Barangmu itu.. terserah mau diletakkan di mana saja" cuap Sasuke enteng sembari merebahkan diri di sofa ruang tengah.

Sakura meneliti sekitar. Dahinya mengerut. Hidungnya kembang kempis menangkap bau tak sedap. Bukan lagi kapal pecah. Rumah Uchiha Sasuke lebih mirip tempat pembuangan sampah akhir!

"K-kau.. jhorog shekali" sontak suara Sakura jadi sengau. Dirinya tak kuasa dengan bau sampah yang belum dibuang, cucian piring yang menumpuk, dan bekas cup mie yang berserakan.

Bagaimana bisa dia menikmati suasana menjijikkan begini?

"Memangnya masalah? Ini kan rumahku"

"Demo.."

Aku kan nantinya tinggal di sini juga, tau!

"Shannaro, apa kau tidak pernah bersih-bersih?" keluh Sakura meletakkan kardus terakhir.

"Pernah. Saat teman-temanku akan berkunjung"

Sakura menggeleng-gelengkan kepala. Walau tidak peduli dengan kebersihan, pria yang baru menjadi suaminya itu tetap menjaga image. Tapi tetap saja Sasuke pria jorok!

".. aku juga kadang-kadang menyewa jasa asisten rumah tangga seminggu sekali" lanjut Sasuke merasa di atas angin. Setidaknya dia masih dinilai rajin, begitu pikirnya.

Seminggu? Berarti rumah ini dibersihkan seminggu sekali?!

Wanita 25 tahun tersebut mengambil dua lembar sapu tangan dari kardus. Melipat jadi segitiga lalu mengikatnya kuat menutupi separuh wajah dan rambut. Sakura tak kuat melihat kondisi rumah super tidak karuan.

Ini bencana.

Pria yang sedang enak berbaring seketika terduduk. Melihat sang istri berpenampilan bak penjahat sembari menenteng sapu, "jangan bertindak macam-macam!"

"Aku cuma mau bersih-bersih. Tidak lebih. Aku tidak bisa hidup di lingkungan seperti ini" tanggap Sakura menusuk. Sayangnya bukan Sasuke kalau tersinggung dengan sindiran demikian.

Pria berambut raven tersebut sering acuh dengan pendapat orang. Hidup dipenuhi buku membuat otaknya lebih banyak menyimpan memori pengetahuan daripada memikirkan cara praktek dan menjalin relasi. Semakin pandai seseorang memang semakin anti sosial mereka.

"Lakukan sesukamu"

Tak banyak komentar. Sasuke melanjutkan istirahat siangnya di sofa. Salah satu lengan menutup setengah wajahnya. Sesekali dia mengintip, seperti apa cara bersih-bersih Sakura.

Tck, dia bahkan lebih lambat membersihkan ini-itu dibanding tukang bersih-bersih yang kusewa.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam lamanya Sakura butuh waktu pembersihan total. Tidak total juga, karena ranah pembersihannya hanya mencakup ruang tamu, ruang tengah, kamar mandi, dan dapur. Ia masih punya etika agar tak sembarang masuk ke kamar pribadi Sasuke.

"Selanjutnya.. memasak! Ah, lumayan ada bahan juga di kulkas. Yah walaupun sudah layu begini" sedikit jengkel, Sakura membuka-buka lemari persediaan bahan makanan. Hasilnya.. nihil.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang