Dosen Galak.

849 130 14
                                    

Tinggal beberapa menit sampai matahari terbenam. Dosen baru yang semula kesulitan beradaptasi akhirnya mendapat tempat di hati para mahasiswa. Menyeringai senang, tanda dirinya diakui.

Antusiasme pelajarnya membumbung tinggi. Malahan, setelah jam perkuliahan usai, ia masih tertahan di kelas sehingga bisa pulang ketika senja menjelang. Beruntung lelahnya segera terhapus kala tiba di rumah.

Akan ada sajian menggugah selera. Wanitanya, si koki serbabisa berkreasi aneka masakan. Tak mengherankan bobot tubuhnya naik belakangan ini. Rasanya, dia perlu menambah porsi jogging tiap pagi.

"Konbawa, Sensei" sambut koki rumahan yang baru dipikirkannya.

Sang dosen menatap lamat-lamat dari bawah ke atas. Menelan ludah. Sosok di hadapannya terlalu imut.

"Sakura, mengapa kau memakai seragam anak sekolah?"

"Tehe~" wanita bernama Uchiha Sakura meringis, "hari ini janji mau mengajari kan?"

"Tapi setelah makan-" ucapan Sasuke berhenti mendadak. Meneropong ke dalam, Sakura seolah sudah siap dalam skenario sekolah-sekolahan, "biarkan aku ganti baju"

Sebenarnya ia ingin menyantap makan malam. Maklum saja, seharian ini lumayan menguras energi. Namun ketika tertuju pada Sakura, rasa lapar seakan mampu ditoleransi sejenak.

"Tapi berpakaianlah seperti seorang dosen!"

Dosen yang tampan. Dosen yang mirip dalam bayang-bayang Sakura. Dosen karismatik yang pernah ia lihat saat memberikan materi seminar di Konoha dulu.

"Kau mau mulai dari mana?"

"Ya mana aku tau. Kan Sasuke-kun pengajarnya!"

"Hn"

Sasuke menebak-nebak materi apa yang cocok diajarkan untuk Sakura. Tak mungkin pula mereka memulai dari titik nol semua materi perkuliahan. Dalam konsentrasi studinya ada banyak teori dasar dari biologi, kimia, bahkan fisika.

"Kita mulai dari menanyakan, kau ingin jadi apa?"

Mengambil langkah cepat, Sasuke mengingat masa lalu. Berawal dari sang kakek selaku sosok percontohan yang notabene seorang ilmuwan. Lambat laun meracuni pemikiran Uchiha muda untuk terjun dalam dunia sains.

Sakura menjawab sangsi, "memang ada hubungannya?"

"Cita-cita adalah alasan utama seseorang mau belajar" terang Sasuke, "kau harus punya motivasi kuat untuk mencari ilmu"

"Apa pentingnya" Sakura tertawa getir, "lagipula aku tidak bisa menggapai cita-citaku lagi, kan?"

Kalimat Sakura tidaklah salah. Tiap wanita Jepang yang sudah berumah tangga cenderung kehilangan kesempatan untuk bebas. Hidup mereka sudah pasti ada di tangan suami. Oleh karena itu, mengabdikan diri sepenuhnya adalah kewajiban yang tak boleh ditanggalkan.

"Katakan saja"

"Dokter! Aku mau jadi dokter" tegas wanita merah muda.

"Naru hodo"

Tak terlalu asing, Sasuke bisa menebak dalam kepala. Jiwa sosial yang tinggi. Serta ketertarikan Sakura pada buku-buku anatomi dan fisiologi membuatnya sedikit tau suatu hal. Profesi yang amat kental dengan jati diri istrinya.

"Waktu itu beasiswa kedokteran masih sangat sedikit. Tidak banyak bertebaran seperti beasiswa jurusan lain. Dan sekolahku yang berada di pinggiran jelas kalah saing dengan sekolah besar di kota" cerita Sakura ketika berada di titik membuang mimpi, "jadi aku memutuskan untuk membantu ayah di kedai"

"Jangan berkecil hati begitu" sang pria menyentik dahi wanitanya agar tidak tertunduk.

Dalam lubuk hantinya ingin menyadarkan, bahwa menjadi ibu adalah tugas paling besar yang merangkap banyak cita-cita. Kadang-kadang menjadi perawat. Sesekali berubah dokter. Tiap hari menjadi koki. Kelak juga menjelma jadi guru bagi anak-anaknya.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang