Pasangan Harmonis.

1.4K 205 9
                                    

"Lihat siapa yang tidak ingin kalah dari Sasuke" sindir Sai di tengah istirahat siang bersama. Bola matanya mengarah ke kiri, melirik calon dokter hewan spesialis.

"Hoah~ ini karena Tamaki memaksaku membawa bekal. Dia tidak mau aku terus makan makanan buatan istri Sasuke" tanggap Kiba seraya menguap, "tapi menguntungkan juga. Hahaha"

"Aku jadi semakin berterima kasih pada Sakura-san. Jiwa lajangku terobati dengan bento istimewa istrimu, Sasuke"

"Hn" seperti biasa, Sasuke tak peduli. Dirinya hanya melaksanakan amanah Sakura untuk membagikan bekal di kotak kedua.

Pria-pria itu lalu melanjut diskusi. Beberapa bulan lagi sampai tiba waktu yudisium. Mereka harus cepat menyelesaikan penelitian demi meraih gelar selanjutnya.

"Tempat paling enak hanya di perpustakaan, tapi kita tidak bisa leluasa bicara" Sai, yang paling cepat menyelesaikan riset membutuhkan literatur sebagai bahan bahasan.

"Ah~ Kalian para dosen muda selalu terburu-buru mengejar gelar" timpal Naruto, mahasiswa S3 paling santai. Semester ini saja ia baru akan mengajukan proposal.

"Kau tidak paham cara kerja di universitas ini" Sasuke menyeruput kopi dari tremos kecil bekal dari sang istri, "semakin tinggi gelarmu, semakin kau dihormati. Semakin tinggi pula 'perlakuan' atasan padamu"

Sasuke termasuk yang paling antusias untuk lulus. Tertunda setengah tahun akibat program pertukaran dosen berprestasi, kini ia tak ingin mengulur waktu. Sayang dirinya tak kunjung menyelesaikan penelitian karena masih memegang banyak proyek kampus.

"Ya makanya aku tak mau jadi pengajar. Aku lebih suka bekerja di instansi riset negara saja" cakap Naruto.

"Tapi kau tak mau memegang kendali tiap diserahi proyek penelitian" cecar Kiba. Sebagai anggota termuda, dia terhitung berani sampai menyinggung sang senior.

"Kelihatannya kita perlu mengadakan agenda diskusi seperti yang lalu-lalu" usul Sai.

Sebelum Sasuke menikah, empat pria itu kerap bertukar pikiran sedikitnya tiga kali dalam dua bulan. Tempatnya pun beragam. Kadang bergilir di tempat tinggal masing-masing. Tapi tak jarang di tempat lain pula. Jika masih tanggal muda mereka lebih suka di kafe yang lengang.

"Bagaimana kalau di rumahmu saja, Sasuke? Kebetulan kita penasaran dengan istrimu. Habisnya kau seenaknya pulang waktu simposium kemarin" kelakar Naruto, "dan sekaligus.. sedikit penghematan karena istri Sasuke pintar memasak"

"Setuju!" Kiba dan Sai mengacungkan jempol. Kalau urusan gratisan, mereka satu pemikiran.

"Lakukan sesuka kalian" ujar Sasuke pasrah. Lagipula yang repot nanti bukan dirinya. Tapi Sakura.

"Yosh! Sudah diputuskan!"

"Jangan lupa dengan imbalannya" Sasuke menyeringai. Imbalan yang ia maksud sudah ditetapkan sejak dulu. Bila mereka melakukan acara diskusi di rumah, masing-masing wajib membawa satu buku untuk 'dipaksa-pinjamkan' ke Sasuke.

"Yup!"

Hari demi hari berlalu. Dugaan Sasuke memang benar. Bukan dirinya yang sibuk membenahi rumah, melainkan Sakura. Mulai pertama menyampaikan kabar hingga hari H, Sakura kerepotan sendiri.

"Sudah kubilang, apa adanya saja. Aku biasanya juga begitu" pusing melihat Sakura mondar-mandir, Sasuke mengisyaratkan agar Sakura istirahat.

"Dame da! Setiap tamu yang datang harus dihormati!" bantah Sakura bersikeras. Sesungguhnya dia hanya ingin dikenal sebagai istri yang hebat untuk Sasuke. Walau pendidikannya tidak setara, setidaknya teman-teman Sasuke harus menilai Sakura lebih.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang