Paling Pantas

919 188 12
                                    

"Sasuke, batang hidungmu tak nampak di Konoha selama lima hari" seru pria pirang dari luar kamar.

"Yang benar itu tiga. Sabtu dan Minggu kan libur" koreksi Inuzuka Kiba.

"Hiperbola sedikit kan tak masalah"

"Itu sebabnya kau bodoh, Naruto" cecar si calon dokter hewan spesialis, "uhm yo, Sasuke! Kami merindukanmu loh! Rasanya ingin sekali berpelukan bersama-sama"

"Ucapanmu buat salah paham, tau! Kita tidak gay"

Dua hari berturut-turut Naruto membujuk Sasuke untuk kembali beraktivitas. Kali ini ia membawa serta Kiba. Mungkin dengan menunjukkan banyaknya kepedulian akan memancing Sasuke keluar.

"Bagaimana?" tanya wanita Uchiha yang usianya kelewat setengah abad.

"Tidak ada respon, Mikoto-san"

Mikoto mendengus. Sejak penolakan mentah-mentah Haruno Kizashi, Sasuke tak mau menyentuh makanan sama sekali. Setiap didesak pun, alasannya sama. Tidak selera.

"Shitsurei shimasu" tiba-tiba tamu beserta koper ukuran medium main selonong masuk.

Naruto dan Kiba tercengang. Padahal keduanya berencana menjemput di bandara. Tapi lelaki dengan tone kulit pucat tersebut malah datang mendahului.

"Sai?!"

Mikoto tak seberapa mengenal kawan putranya yang satu lagi. Tapi wanita itu dengan suka hati menyambut tanpa pandang bulu. Dirinya bahagia Sasuke punya teman-teman yang setia di saat suka dan duka.

"Kenapa kau kemari? Katamu mendarat petang"

"Itu kalau delay" dalih Sai, "aku menyampaikan 'paling lambat landing saat petang' kan?"

"Hah~ sekarang siapa yang bodoh? Seenaknya menginterpretasikan pesan orang" ejek Naruto menjulurkan lidah pada Kiba.

"Nan demo nai. Kupikir kita bisa reuni sekalian saat kau bilang akan mampir ke Sasuke dulu"

Obrolan mereka mengalir tanpa pembukaan topik tertentu. Dan di sela keseruan itu, Naruto mulai membahas permasalahan yang dihadapi. Mendadak suasana menjadi serius.

Tak ingin ikut campur strategi ketiganya, Mikoto yang tak enak menguping berpura-pura ke luar rumah usai meninggalkan jamuan. Bukan lepas tangan, hanya sekedar mempercayakan Sasuke pada para sohibnya. Paham, persabatan antar lelaki sangat solid.

".. begitu ceritanya" tutup Naruto berkisah.

Sai menghela napas. Merasa bersimpati. Kini ia tau alasan mengapa Sasuke tak membalas pesannya sama sekali.

"Aku yang akan bicara" cetus Sai bangkit.

"Sai, kupikir ini bukan ide yang bagus" tolak Naruto. Persaingan sengit Sasuke dan Sai semakin tercium seiring tes seleksi di Jerman. Bagaimana jika Sasuke malah bertatapan langsung dengan saingannya?

TOK TOK.

Sai mengetuk pintu kamar, "Sasuke, aku ingin mengatakan sesuatu"

"Sai!" cegah Kiba setengah tercekat. Berusaha menarik tangan manusia paling nekad di antara mereka.

Pria yang sedang menikmati kesendirian terusik. Dia merubah posisi tidur. Merentangkan tubuh nan kaku. Dalam hati ingin menyumpahi si pendatang.

Tck, dia ingin mengolokku dengan semua kegagalanku.

Sambil mengacak-acak rambut, kakinya menguatkan tubuh agar tetap tegak. Melangkah mendekat. Siap dengan nada bicara tinggi untuk menyumpah-serapah lalat penggangu.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang