Hadiah Terindah.

864 149 10
                                    

Pagi benar Uchiha Sasuke tengah bersiap. Meski bisa dibilang baru menjejakkan kaki di Universitas Suna, otak semrawutnya tak henti melahirkan inovasi. Hari ini, terjadwal duet bersama profesor senior untuk seminar internal di hall kampus. Merupakan satu langkah besar kala ia berhasil mendapat kesempatam macam itu.

"Jadi.. Sasuke-kun benar-benar memutuskan tidak ikut ajakan Itachi-onii-san?"

"Aku sudah bilang tidak, ya tidak" jengah, Sasuke menjeda suap.

Si pria memang keras kepala dan teguh pendirian. Kejadian yang meluluh-lantakkan harapan tak ingin dikejarnya lagi. Bukan putus asa, namun baginya perlu sedikit berpindah haluan.

"Demo.. itu kan cita-cita Sasuke-kun dari dulu. Bahkan sebelum menikah"

"Aku tak ingin memikirkannya sekarang" kali ini onyx bulat menerawang butir emerald di hadapannya.

"G-gomen" sang istri tertunduk. Sebenarnya ia sudah tau ke mana arah pembicaraan bermuara.

Apakah bahasan tentang Jerman sebegitu melukainya?

"Aku tidak akan memaksa Sasuke-kun untuk mengejar itu. Tapi.. apapun keputusannya, aku akan terus mendukung Sasuke-kun!"

"Hn" angguk sang suami melanjutkan kunyahan nasi.

Keheningan menyisip antara mereka. Sasuke pun mencari topik lain. Matanya was-was melirik ke depan dan ke bawah bergantian.

"Sakura, aku sudah pindah kerja"

"Aku tau kok" berganti, wanita Uchiha menghentikan suplai makanan masuk melalui mulut.

Sasuke mengernyitkan dahi, "huh?"

"Heh~ Sasuke-kun meremehkan jiwa intelku ya" kepercayaan diri meningkat. Nampak jelas dari intonasi suaranya.

Bahkan perempuan lebih lihai dari mata-mata dalam menggali informasi tentang orang yang dia sayangi.

Secuplik kalimat di buku mampir dalam ingatan Sasuke. Wanitanya juga sama. Percuma saja lempar batu sembunyi tangan. Detektif sekalipun masih kalah cepat.

"Apapun itu, kau tidak perlu datang ke Konoha lagi"

"Lalu Uzumaki-san dan Inuzuka-san? Sasuke-kun masih menjalin relasi dengan mereka?" tembak Sakura kena sasaran.

Hampir tersedak, Sasuke merespon asal, "terkadang"

"Heh~ tidak baik loh memutus hubungan pertemanan" satu alis Sakura menekuk, "lagipula mereka orang baik, tidak toxic seperti yang di tv-tv"

Sasuke meletakkan alat makan. Berupaya menata redaksi kata agar tak salah paham, "maksudku, karena beda tempat jadi jarang bertemu"

"Sou desu nee"

Usai sarapan penuh nutrisi, si kepala rumah tangga bergegas. Dengan sigap Sakura memperbaiki tampilan suami agar wibawanya terpancar. Dirinya merindukan Sasuke yang tampil demikian. Sesosok dosen serta pembicara hebat yang berada dalam balutan jas rapi.

"Ittekimasu"

"Itterashai" lepas Sakura tiada henti memandangi suami tampan. Mengagumi suami sendiri seakan telah menjadi hobi akhir-akhir ini.

Jejak mobil hitam tak bersisa. Sakura teramat bahagia mengamati perubahan lelakinya belakangan. Aura positif terus bersinggah di wajah Sasuke. Tak pernah ada lagi sendu pada tampang favoritnya.

Hari Sakura kian berwarna. Dopamin meluap-luap. Tak terbendung, membuatnya makin rajin melakukan aktivitas rumah tangga.

"Chotto~" kalender di dekat kotak obat mencuri perhatian. Hari esok amat berarti walau tak ada tanda yang dibubuhkan di sana. Minggu ketiga bulan Juli. Tanggal 23.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang