Trauma.

846 133 6
                                    

Pagi itu bukan cuma aroma sedap yang memenuhi dapur. Bau romantisme layaknya pasangan baru pun tercium ke seluruh area ruangan. Sebuah tindakan yang nyaris tanpa diduga.

"Biar ku bantu" Sasuke menawarkan diri untuk menjadi asisten koki rumahan.

"Eeh tidak usah. Sasuke-kun tunggu matang saja"

Aku tau memasak itu tak mudah, Sasuke tak tinggal diam.

"Nan demo nai"

Sakura tiada henti tersipu, tumben-tumbennya Sasuke-kun romantis begini.. tapi ini kesempatan emas agar kami lebih dekat!

"Baiklah, bantu aku memarkan bumbu-bumbuan di sana"

Koki mansion Uchiha menunjuk sisi lain. Terkumpul bermacam-macam bahan bumbu dasar di atas talenan. Bakal bumbu itu pasti menciptakan cita rasa mantap untuk hidangan sarapan.

Namun Sasuke yang tak paham dengan bahasa dapur cuma mendelik, apa yang harus kulakukan? Membuatnya memar? Dipukul? Ternyata cara Sakura memasak cukup anarkis.

Melihat suaminya tak bergeming, Sakura khawatir. Mungkin ia terlalu aji mumpung karena ada yang mau membantu. Atau bisa jadi Sasuke merasa kerepotan atas permintaannya.

"Dushite? Apa itu terlalu sulit?"

"Iia" Sasuke garuk-garuk kepala, "sebenarnya.. itu diapakan?"

Sakura mendengus. Memang pria tak selalu bisa diandalkan. Apalagi dalam urusan dapur.

Aku terlalu berharap!

"Lupakan itu. Tolong potong sayuran yang baru dicuci ini seperti dadu" sang juru masak memberi instruksi gamblang.

Sakura menyerahkan apa yang sedang ia kerjakan. Yakin bahwa kegiatan potong-memotong tidaklah ambigu. Setidaknya, petunjuknya tak perlu dijabarkan lebih lanjut.

"Sebesar apa?"

"Sekitar satu senti, karena akan kubuat topping" terang Sakura, "selain itu, potongan kecil berguna agar sayur cepat matang"

Bukannya lekas mengikuti arahan, Sasuke bertolak ke ruang depan. Tentu hal tersebut membuat Sakura bingung. Ada apa gerangan Sasuke menjauhi dapur.

"Mau ke mana?"

Sasuke menjawab polos, "mengambil penggaris"

Si juru masak menepuk dahi. Menebak apa yang ada di kepala suami. Sudah pasti penggaris akan digunakan sebagai instrumen pengukur potongan sayur.

"Apa tak mampu mengira-ngira 1 cm itu seberapa?"

"Bagaimana jika tidak presisi? Bukannya tidak akan matang sempurna?"

Sakura berkacak pinggang seraya bermuka masam, "mou ii, duduk dan tunggu saja sampai siap semua!"

Pria keras kepala jelas enggan angkat kaki, "a-aku bisa membuat potongan fillet daging ayam itu!"

Sejenak Sakura teringat kejadian kala jari Sasuke dipenuhi plester, tapi nanti kalau Sasuke-kun terluka bagaimana?

"Biar kuatasi sendiri" Sakura menyahut talenan dan daging ayam di atasnya.

"Kau terlalu meremehkanku" Sasuke merebut balik bahan inti lauk sarapan mereka.

Hati Sakura berbunga-bunga. Ini kali pertama mereka masak berdua untuk menyajikan makanan. Tanpa terasa, waktu memang terus berputar. Menjungkir-balik kepribadian prianya yang dulu acuh menjadi 'agak' romantis.

"Tssh.. aack" desis Sakura. Saking bahagianya ia tak sadar bila mengiris jari, bertepatan dengan merajang bombai.

"Daijoubu ka?" Sasuke langsung mengambil es untuk menghambat pendarahan dari luka terbuka, "biar kuambilkan plester"

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang