Gawat!

856 136 13
                                    

Ingatan Sasuke melayang pada sepotong kejadian lampau. Tentang sebuah pertemuan pertama yang selanjutnya disebut.. kencan. Sebuah ide buah dari desakan orangtua.

Sore itu merupakan hari terakhir kuliah dalam sepekan. Fugaku, ayahnya, meminta cepat pulang. Katanya, ada hal genting yang harus dilakukan. Dirinya asal menurut karena menyebut nama sang ibu di telepon.

"Berkencanlah dengan seorang gadis" pinta Mikoto usai si putra bungsu menjejakkan kaki di rumah.

"Kaa-san tidak bercanda?"

"Kami sangat mengenalnya. Dia anak baik"

"Kalian mungkin mengenalnya, tapi aku tidak. Aku menolak!"

Fugaku berdehem kemudian mengeluarkan suara berat, "kalau begitu biaya pendidikanmu akan Ayah tangguhkan"

Tck. Ancaman yang selalu sama. Pasutri senior itu paham jika gaji Sasuke selaku dosen tak mampu menalangi setiap riset terbaru.

"Wakarimashita. Tawarannya kuterima"

Mikoto tak henti-henti mencubit pipi Sasuke. Tentu ibu manapun pasti bahagia bila anak bujang segera menemukan pendamping hidup. Apalagi gadis tersebut sudah dijelajahi seluk-beluk karakternya.

Di akhir pekan, Sasuke menghubungi perempuan asing tersebut. Berdasarkan nomor telepon dari sang ayah, dia menjalin komunikasi pertama. Membahas seputar janji untuk bertemu dengan gadis yang tak pernah ia tau wujudnya. Membuat agenda 'kencan' dalam waktu lima menit.

Petang hari, sesuai kesepakatan lelaki 27 tahun dan perempuan 25 tahun yang tak saling kenal mengadakan pertemuan. Gemerlap lampu menyala secara bersamaan tepat ketika matahari tenggelam. Kafetaria dan beberapa restauran mengeluarkan papan promosi bagi sejoli-sejoli yang hendak singgah.

"Hah.. hah.. gomennasai" wanita surai merah muda datang dengan napas terengah-engah.

"Jadi kau Haruno Sakura?"

"Hai desu" balas wanita tersebut lalu balik tanya, "Uchiha Sasuke, ka?"

"Aku tak mau bertele-tele. Aku ingin kau menikah denganku. Aku tidak menerima penolakan"

"D-demo.."

"Tck, karena kau terlambat 3 menit, waktu bertemu selesai"

Raut wanita di hadapannya nampak kecewa. Seolah menyiratkan, wanita bernama Sakura berharap banyak. Tapi apa daya, sikap sedingin es kutub miliknya mungkin hanya bisa dicairkan oleh pemanasan global, saking akutnya.

Baka, makinya sembari menyisir rambut ke belakang. Pandangannya tertuju kembali pada jalanan. Menutup memori singkat yang tiba-tiba melintas di kepala.

Seringai menghiasi wajah. Setelah berumah tangga cukup lama, lelaki Uchiha menyadari satu hal. Seharusnya, pertemuan pertama dengan tambatan hati diawali dengan kesan paling apik dan romantis.

***

Senandung menggaung di sebuah mansion. Uchiha Sakura, si tuan rumah melakukan rutinitas pembersihan maksimum menjelang akhir pekan. Pikirnya, mumpung suaminya sedang bertugas tiga hari di luar kota.

Kalau dihitung-hitung, sudah setahun.

Sakura mematutkan diri di depan kalender ruang tengah. Ada banyak hal yang telah dilewati selaku Nyonya Uchiha. Kebencian demi kebencian perlahan melebur menjadi ketertarikan.

Kalau pasangan pada umumnya sih jelas merayakan anniversary kan?

Dia terkekeh. Menyadari sikap kaku suami yang tak berkesudahan. Ekpektasinya tak boleh tinggi-tinggi. Prianya mungkin tidak mengingat hari penting dimana mereka dinikahkan secara paksa.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang