Hasil Latihan.

1.2K 220 12
                                    

Musim salju tak berdaya melemahkan semangat dua orang pria. Semangat mereka yang berapi-api bahkan mampu melelehkan bekunya es. Berbeda dengan dua pria lain yang tak peduli musim apapun itu selalu memiliki aura dingin.

"Malam ini kita pesta!" seru si dokter hewan pecinta anjing, Kiba, usai menyambut kabar bahagia sepasang sohib andalan.

"Hah~ aku tidak menyangka kalian benar-benar jadi delegasi prefektur untuk seleksi final" imbuh pria berambut pirang, Naruto.

Ucapan Naruto seratus persen valid. Siang ini, dewan riset dan pendidikan tingkat prefektur memutuskan Uchiha Sasuke dan Sai sebagai perwakilan dalam seleksi peneliti di Jerman. Di tahap akhir, mereka dites ulang di ibu kota hingga menyisakan 7 ilmuwan kompeten.

"Kalian bahkan bisa mengalahkan Nara-san dari Suna yang terkenal cerdas" puji Kiba kemudian.

Bagi Sasuke, seleksi hal seperti itu adalah tingkatan wajar. Sebelumnya, ia pernah dikirim ke Singapura untuk mengikuti pelatihan di bidang sains berbasis artificial intelligence. Namun bagi Sai, melaju sampai tahap final menjadi sebuah pencapaian besar.

Tak banyak yang tau tentang latar belakang Sai. Nama tanpa marga serta keadaan keluarga yang seolah disembunyikan. Satu-satunya anggota keluarga yang sering diceritakan adalah sang kakak, Shin. Yang pasti, Sai mereka kenal sebagai orang pantang menyerah untuk meraih keinginan.

"Apakah kami boleh mengadakan di rumahmu? Kali ini pesta steamboat saja agar Sakura-san bisa ikut" usul Sai berinisiatif pasta rebusan di kediaman Uchiha.

"Benar juga. Musim dingin begini enaknya makan yang berkuah-kuah" timpal Kiba setuju.

"Kalian ini.. nanti kalau merepotkan Sakura-san bagaimana, huh? Di tempat lain saja lah" salak Naruto seraya melirik takut pada Sasuke. Bisa gawat kalau Sasuke memasang tampang cemburu kesetanan seperti tempo hari.

Sai memberi solusi menenangkan, "boleh. Kita juga bisa memasaknya sendiri"

"Hah? Dia antara kita semua kan tidak ada yang pintar masak!"

"Kau ini sudah menjadi dokter pikiranmu kolot juga" seloroh Naruto, "beli saja bumbu instan biar cepat"

"Tapi bumbu instan tidak enak. Lebih enak diracik sendiri. Apalagi kalau Sakura-san yang membuatnya"

"Dasar cerewet. Kalau tidak mau tak usah bergabung"

"Kalian terlalu ribut sampai tak menanyakan pendapat ke Sasuke" lerai Sai terhadap dua tukang ribut. Sesaat pandangannya mengarah ke Sasuke, "bagaimana?"

"Boleh saja kalau di rumah"

Lagipula aku yakin dia tidak akan tertarik dengan salah satu dari mereka. Dia itu pencemburu akut, batin Sasuke mengusap hidung.

"Yosh~ sudah ditentukan!"

"Baiklah, akan segera kupesan di langgananku. Aku jamin bumbunya enak, jadi tak perlu memberatkan Sakura-san"

Mobil sedan hitam berhenti di mansion Uchiha. Kali ini tak hanya satu, tapi empat penumpang turun bebarengan. Tiga orang tambahan tersebut hampir asing dengan rumah Sasuke.

Terakhir melihat, hamparan lahan kosong depan rumah biasanya ditumbuhi rerumputan taman saja. Namun sekarang ada aneka ragam tanaman bunga dalam pot. Tak hanya itu, ada juga tanaman toga yang bisa dipakai sewaktu-waktu.

"Hn, itu karena Sakura ingin berkebun" komentar Sasuke terahadap teman-teman yang melongo.

Sementara sang istri merasa janggal, ada apa gerangan ramai-ramai di luar. Suaminya pun tak langsung masuk rumah padahal suara mobil terparkir terdengar beberapa menit lalu. Iapun memutuskan untuk berhenti sejenak meracik bumbu.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang