Quality Time.

1.2K 226 12
                                    

Bunyi dering ponsel warna hitam memecah hening kediaman Uchiha. Empunya hp sedang menghabiskan waktu di kamar mandi. Sekedar melepas penat dan penuh harap tubuhnya kembali bugar.

Istri Uchiha berambut pendek memeriksa ponsel tersebut. Satu nomor tak dikenal baru saja menghubungi sang suami. Hendak mengangkat panggilan kedua, ia bimbang. Takut dikira lancang.

Makanan tersedia setelah Uchiha Sasuke membersihkan tubuh dengan air hangat. Lelahnya lepas, seiring dengan sarapan nikmat buah karya Sakura. Pagi ini wanita tersebut mencoba salah satu resep di buku hadiah.

Menu ala masyarakat Jerman. Sakura tau betul suaminya mengagumi negara dengan tim sepak bola berjuluk der panzer. Salah satu raksasa Eropa yang menguasai kemajuan di bidang industrial dan material kimiawi. Iparnya pun menjadi tonggak motivasi sang suami agar bisa menyusul segera.

"Umai na" puji Sasuke. Ia harus terbiasa mengapresiasi masakan agar istrinya tidak cepat ngambek.

"Aku mencoba resep di buku" ungkap Sakura malu-malu.

Seulas senyum terpatri pada bibir Sasuke. Merasa hadiahnya berguna dan dihargai. Tidak rugi ia pontang-panting memilih buku.

"Tidak memilih browsing saja?" ejek Sasuke mencandai istrinya. Sesekali ia ingin suasana riang saat sarapan pagi.

"Berterima kasihlah, aku menghemat pemakaian Wi-Fi dengan menerapkan menu di buku resep" balas Sakura mengejek, "demo.. bukunya memang sangat bermanfaat. Arigatou"

"Hn"

Usai makan pagi, Sasuke bergegas. Ia mengenakan pakaian licin hasil setrikaan Sakura. Pagi itu benar-benar sempurna.

"Tokorode, tadi ada yang menelpon. Aku tak berani mengangkat" cuap Sakura sembari membuat simpul tali pada dasi.

"Siapa?"

"Entahlah. Nomornya tak dikenal"

Seketika Sasuke menarik ponsel dari charger di ruang tengah, "kenapa kau tidak bilang dari tadi? Itu telepon penting!"

Sakura bergidik. Mengapa pula Sasuke menjadi marah. Dan jika panggilan itu penting, mengapa Sasuke tak menyimpan nomor tadi.

"Ittekimasu" pamit Sasuke tergopoh-gopoh seraya mengoperasikan hp, hendak menghubungi seseorang.

"Itterashai" Sakura pundung mendapati sikap Sasuke yang berubah hanya karena telepon nomor misterius.

Malam hari, Sakura menanti kepulangan suami hingga larut. Prianya bilang sedang sibuk mengurus riset tambahan di kampus. Harap-harap cemas, apakah suaminya sudah makan malam atau belum. Pesan terakhirnya tak kunjung dibalas.

Setengah jam kemudian, Sasuke datang dengan badan terhuyung. Dia mengeluh pusing dan meminta kopi untuk mengobati pening kepala. Dengan sigap, Sakura mengantar pesanan ke kamar depan.

Seduhan kopi robusta mengebul dari sebuah cangkir ukuran 180 ml. Kopi dengan kadar kafein paling tinggi tersebut memang favorit suaminya. Kandungan kafein di dalamnya memberikan efek semangat kerja.

"Apa kau sudah makan?"

Sasuke menggeleng tanpa sempat menoleh ke Sakura.

"Mau kuambilkan? Aku akan menghangatkannya seben-"

"Tidak bisakah kau berhenti mengganggu? Aku tidak berselera" potong Sasuke bernada serius.

"Gomennasai" Sakura memelankan suara. Kalau sudah mode fokus, Sasuke jadi menakutkan.

Meski demikian, Sakura tak tinggal diam. Iba dengan kondisi suami, Sakura memilih untuk menghidangkan kukis teman begadang. Ia tau Sasuke akan menyukai itu.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang