Kejutan.

1.1K 191 29
                                    

14 Februari. Hari yang paling dinanti bagi sepasang kekasih. Merayakan suatu hari yang katanya 'hari kasih sayang' di belahan bumi menapun.

Adapun Uchiha Sakura, menumpahkan seluruh perasaan itu dalam bakti pada suami. Memberikan servis terbaik sejak berapa hari belakangan. Kini tiba saatnya menjalani hubungan jarak jauh sementara waktu.

"Tiga hari itu tidak lama kan, Sasuke-kun?" Sakura memasang tampang melas karena akan ditinggal sang suami.

"Ini seperti melalui setengah pekan kerja. Tidak akan terasa" ujar pria Uchiha menenangkan wanitanya.

Sakura mengacungkan kelingking, "janji tidak akan macam-macam di ibu kota?"

"Aku cuma mengikuti tes seleksi. Bukan liburan dengan wanita cantik" goda Sasuke memancing kecemburuan Sakura.

Sementara pria yang didapuk menjadi sopir pribadi, Uzumaki Naruto, mendengus kesal. Meratapi nasibnya yang tak juga laku. Jomblo akut dari lahir, begitulah sambatnya tiap melihat pasangan romantis.

"Hah~ senangnya punya istri"

"Kalau cerewet, lebih baik kusetir sendiri, Dobe" acuh Sasuke melirik sinis. Padahal dirinya asyik berhadapan dengan kucing kecil. Ya, jarang sekali istrinya dalam mode jinak.

Sakura hanya tertawa kecil mendengar perdebatan dua sahabat.

"Ah, warui warui. Aku cuma prihatin dengan diriku" alih Naruto bercanda. Jika tak cepat meralat omongan, ia akan kehilangan kesempatan meminjam mobil Sasuke.

Keduanya telah membuat kesepakatan. Selama Sasuke pergi, Naruto berhak atas mobil Sasuke untuk mencari 'mangsa'. Syaratnya cukup menjadi sopir pribadi selama satu hari hingga mengantar si tuan mobil ke bandara.

"Kau harus pulang. Aku bisa berangkat sendiri. Ada Naruto yang siap jadi asisten" putus Sasuke ketika mobil hitam mendekat perumahan.

"Iyada. Aku mau mengantar Sasuke-kun terbang" jiwa penasarannya meningkat. Sebagai masyarakat menengah, Sakura tak pernah melihat take off secara langsung ataupun sekedar masuk bandara.

"Kau tidak dengar apa kata dokter minggu kemarin?" Sasuke mengungkit hasil pemeriksaan pekan lalu, "akhir-akhir ini kau banyak aktivitas fisik. Jadi sekarang kau harus banyak istirahat"

"Aku bilang tidak mau ya tidak mau!"

"Ssh. Nanti kalau kau menurut, sepulang dari ibu kota aku janji kita segera periksa untuk mengetahui jenis kelamin bayi kita" rayu Sasuke setengah berbisik.

"Baiklah. Aku turun di depan" cuap Sakura pasrah. Namun dalam hatinya amat sumringah. Ia tau, prianya tak akan ingkar janji.

Tiga menit berjalan. Mobil yang ditumpangi suami-istri Uchiha hampir berada di tujuan. Terhenti di seberang gerbang perumahan elit yang mereka huni.

"Kau yakin akan melakukannya sendiri?" tanya Sasuke mencegah langkah istrinya turun dari mobil.

"Jarak rumah kita tidak terlalu jauh dari gerbang utama. Lagipula siapa yang dulu bolak-balik ke pertokoan depan dan kembali ke rumah cepat-cepat demi membeli bahan kue?" cerocos Sakura mengingatkan Sasuke tentang kejadian di awal pernikahan. Semua demi menghapus keraguan dalam hati Sasuke, "lagipula kemarin-kemarin aku baik saja waktu jalan-jalan sendiri. Kan setelah ini aku juga bebas rebahan di rumah"

"Y-ya.. itu.."

"Hayaku! Nanti Sasuke-kun bisa terlambat kalau mengantarku duluan" Sakura mengibas-ngibaskan tangan, tak mau membebani suami.

Kasihan kalau Sasuke-kun harus kerepotan dengan permintaan manjaku, pikirnya sadar diri.

Mobil melanjutkan laju di bawah kecepatan standar. Ada perasaan mengganjal kala Sasuke menurunkan istri buntingnya di depan perumahan seorang diri. Kepalanya berulang-ulang menoleh ke belakang, memastikan Sakura menyebrang dengan selamat.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang