Retak.

1.3K 220 15
                                    

Akhir pekan keluarga Uchiha amat sunyi. Di tengah kecurigaan Sakura yang terus memuncak, Sasuke tak jua peka. Padahal sudah berusaha memahami love language istrinya, tapi masih bersibuk diri dengan dunianya.

"Sabtu begini juga ada pekerjaan?" cegah Sakura dengan bibir manyun di depan pintu.

"Sudah kubilang aku hanya pergi sebentar"

Kenapa dia protective, hn?

"Dengan teman perempuanmu itu?" sindir Sakura semakin jelas. Beberapa hari sejak rajukan Sakura lalu, Sasuke malah intens melakukan kontak dengan si rekan presentasi.

"Tck, memang kenapa?"

Dada Sakura terasa sesak, memang kenapa katanya? Begitu penting si Karin itu?

"Lupakan saja" Sakura memasang wajah tak suka, berlalu menuju dapur.

"Ittekimasu"

Tak ada jawaban. Pria itu pergi tanpa persetujuan sang istri. Tapi Sasuke seakan acuh, hari ini adalah hari paling dinanti. Pertemuan bersama beberapa peneliti lain untuk proyek penelitian bersama.

Nanti aku harus bicara dengannya, pikir Sasuke seraya menyisir rambut dengan jari lentiknya.

Akhir-akhir ini sikap Sakura berubah. Sasuke menangkap istrinya terlalu berlebihan. Kalaupun benar cemburu, Sakura jelas salah paham.

"Tumben kau terlambat, Uchiha-san" celetuk salah seorang peneliti berambut nanas, Nara Shikamaru.

"Sudah sampai mana pembahasannya?" alih Sasuke malas mengutarakan alasan

"Kita tunggu Sai-san, dia bilang akan ikut"

"Hn" respon Sasuke berwajah datar. Dirinya tak menyangka bahwa Sai, saingan doktoralnya selalu mengekor menyusul apapun pencapaian miliknya.

Sohib dan rival di saat bersamaan. Semua orang yang mengenal Sasuke dan Sai mampu membaca situasi mereka. Awal mula keduanya hanya mahasiswa magister unggulan di kampus masing-masing. Namun setelah berada dalam program doktoral di universitas yang sama, persaingan makin kental.

"Datang juga kau, Sai!" seru Shikamaru, perwakilan peneliti dari Universitas Suna.

"Senang bertemu denganmu lagi, Nara-san" sambut Sai sembari tersenyum tipis, "gomen, aku harus menjemputnya juga"

"Doumo"

Di balik tubuh Sai, terlihat seorang wanita berkacamata. Uzumaki Karin, sepupu Naruto di bidang biologi ikut dalam pertemuan para intelek  S3 tersebut. Wanita itu bilang ada hal yang perlu disampaikan.

"Baguslah kalau kau ikut" tanggap Sasuke sedikit memincingkan mata. Antara suka dan tak suka dengan kehadiran rekan presentasinya, "kau perlu bergabung diskusi apapun itu agar tak banyak berbuat salah"

Karin mengangguk. Sayang tujuannya bukanlah demikian. Ada udang di balik batu.

"Yosh~ mari kita lanjut pembahasan via grup chat kemarin" Shikamaru yang selaku ketua tim membuka pertemuan, "kita adalah tim nomor 2 dari perwakilan prefektur. Satu tim berisi berisi 6 orang, dua orang sisanya dari Universitas Iwa yang masih melakukan seleksi. Nantinya tiap 4 tim dari prefektur akan diseleksi untuk perwakilan Jepang"

"Aku sudah membedah jurnal secara pribadi, kasus di China tentang mutasi virus baru itu menyebar sangat cepat. Mungkin kemudian hari bisa menjadi pandemi" papar Sai. Pria jenius tersebut sudah melahap dua puluh lebih hasil penelitian terbaru.

"Paling mudah menggunakan inovasi peptida yang lebih ampuh" respon Sasuke seiring dengan riset literatur bersama Karin.

"Benar, tapi langkah pembuatan dan analisisnya lebih rumit. Butuh adjuvant sebagai item support-nya" sanggah Shikamaru, "kenapa aku condong dengan vaksin DNA saja ya?"

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang