Percikan Api.

1.2K 204 15
                                    

Dering panggilan tak lekas berhenti. Wanita berparas cantik yang tengah sibuk memasak menghentikan aktivitas. Tangannya meraih gawai hitan yang tergeletak di sofa ruang tengah.

"Moshi mosh- ah, teleponnya putus"

Pria Uchiha baru saja mengeringkan tubuh. Netranya langsung menatap sang istri yang memegang ponsel. Sepertinya ada pesan atau panggilan penting hingga membuat Uchiha Sakura bertolak dari dapur.

"Telepon dari siapa?"

Sakura membuka layar yang sempat meredup. Mengecek kembali nama yang tadinya tertera di tampilan depan hp suami. Namun dirinya malah terdiam senyum-senyum sendiri.

Sasuke-kun bisa semanis ini, batinnya.

Ada foto USG pertama di sana. Rupanya Sasuke memasang sebagai lock screen tanpa sepengetahuan Sakura. Nampaknya ia juga tak sabar menanti kelahiran anak pertama.

"Gaara-san" jawab Sakura.

"Tumben sekali dia menelpon" Sasuke yang baru bersih diri menelpon balik. Dia menuju ruang tamu agar suara lantangnya tak mengganggu konsentrasi Sakura memasak.

Wanita itu belum melanjutkan kegiatan dapur. Kesibukannya beralih ke kamar tidur. Dia mencari foto hasil USG yang diselipkan di laci rias.

"Kurasa foto ini tidak penting lagi untuk dipajang" celetuk Sakura mencopot kolase foto masa kecilnya saat berlibur ke pantai. Segera ia memasukkan foto USG pertama ke bingkai tersebut.

Tak berlama-lama berkontak via suara, Sasuke kembali ke dalam. Matanya meneliti, kemana gerangan istrinya. Keberadaan absen di dapur nyaris mustahil bagi Sakura di akhir pekan.

"Sakura, hari ini sarapan apa?" Sasuke menghampiri Sakura menuju kamar, menyadari celah pintu terbuka lebar, "hei, kau sedang apa?"

Sakura melebarkan bibir ke kiri dan ke kanan, "ini untuk menyemangati hari Sasuke-kun"

Dia sengaja meletakkan bingkai foto di meja samping tempat tidur. Berharap, ketika suaminya terbangun akan selalu ingat dengan calon buah hati. Memotivasi, agar gairah kerjanya meningkat demi keluarga kecil.

"Mattake, kau aneh-aneh saja" dengan setengah berdehem pria itu berlalu keluar.

Tak sampai satu jam, Sakura menyelesaikan kesibukan di ruang paling belakang mansion Uchiha. Kepiawaian meracik bumbu menghadirkan hidangan nikmat nan berkualitas bagi suami. Pasangan berusia lewat setengah tahun tersebut siap menyantap kudapan pagi.

"Ada perlu apa Gaara-san menghubungi pagi-pagi di hari libur?" buka Sakura setelah menelan beberapa suap.

"Dia memberi selamat atas keberhasilan sidang lalu. Dan juga.." ucapan Sasuke terjeda, "dia memberiku tawaran mengajar program magister di Suna"

"Lalu Sasuke-kun akan mengambilnya?"

"Entahlah. Aku besar di Konoha. Tak mungkin semudah itu berpindah ke Suna"

Sasuke ingat betul. Universitas terkemuka yang telah melambungkan namanya sebagai peneliti muda. Lambat laun ia kian dikenal sebagai akademisi dan orang berpengaruh di bidang sains terapan.

"Apapun keputusannya, aku akan selalu mendukung Sasuke-kun!" respon Sakura berapi-api. Dia sudah berjanji dalam hati. Untuk alasan apapun, akan selalu ada di sisi suaminya.

"Bicara pelan-pelan saja, nanti kau tersedak"

Bunga di taman hati Sakura terus bersemi. Walau musim masihlah dikuasai salju, semai kebahagiaan terus bertumbuh. Siraman kasih sayang serta kehangatan laku sang suami memberikan asupan fotosintesis bagi perasaan yang terpendam.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang