Musim Semi Hambar.

1K 171 11
                                    

Langit nampak sedang tersipu di ufuk timur. Rona merah menyebar, pertanda fajar terlewat. Tiba waktunya mentari terbit menyinari seantero negeri. Memanggil warga sekalian untuk memulai aktivitas pagi.

"Banguuuun!" pekik Sakura berontak mendorong tubuh suami, "cepat mandi, dasar Sigung!"

Tentu hewan paling bau tersebut sekedar julukan. Lelaki tampan yang sudah mendampingi selama hampir setahun itu sebenarnya punya aroma tubuh maskulin. Hanya saja, sejak satu minggu belakangan suaminya gemar jogging ringan keliling kompleks. Walhasil feromon hasil ekskresi kelenjar apokrin selalu menyeruak dalam hidung tiap sebelum sarapan.

"Ayo bangun, katanya mau wisuda!" omel Sakura agar terlepas dari belenggu suami, "jangan mentang-mentang libur kerja jadi malas"

Sasuke membuka mata. Bibirnya menyeringai. Lucu sekali kala lensa mata mengintip dari palpebra, mengamati guling hidupnya menggeliat.

"Lima menit lagi" tanggap Sasuke bersuara berat lantas lanjut memeluk Sakura makin erat.

"Hah? Tidak, tidak! Jangan molor begini dong" Sakura berusaha mencopot borgol tangan sang suami.

Tidak umum bagi seorang Uchiha Sasuke bangun ketika fajar lewat. Padahal pria tersebut terkenal amat disiplin. Ketika ada acara penting, dia wajib bersiap diri tiga jam sebelum mulai.

"Ikou, Sasuke-kun" rengek Sakura tak bisa lepas.

Bukan kesal, Sasuke malah mencari posisi nyaman. Dirinya menempelkan dagu pada pundak Sakura. Sejenak, dahinya tertekuk. Entah mengapa merasa berat menghadiri wisuda kali ini.

"Ayolah, aku harus memasa- etto.. Sasuke-kun?" ucapan Sakura terjeda saat Sasuke melepaskannya dengan mudah.

Prianya justru berbalik, menangkupkan selimut hingga menutupi kepala, "aku sungguh masih mengantuk"

Wanita merah muda keheranan. Tumben sekali suaminya tak antusias dengan hal akademik. Belum lagi nada bicaranya berada di tingkat bass terendah. Menyiratkan maksud, Sasuke ingin sendiri.

"Mau kubuatkan sarapan favorit?" pancing Sakura demi membangkitkan semangat.

"Terserah"

Butuh waktu lama untuk memperbaiki mood Sasuke. Berguling ke kanan. Lalu balik ke kiri. Menyibak rambut ke belakang. Setelah melakukan kegiatan tak jelas berulang, pria itu akhirnya membulatkan tekad untuk menghadiri wisuda. Kalau bukan demi janji berfoto bersama Sakura, dia pasti malas menjejakkan kaki ke kampus.

"Etto.. maaf baru bilang, tapi.. nanti Hinata-san kemari. Sekarang sedang otw sih. Yaa.. aku yang memintanya tolong untuk mampir" jelas Sakura malu-malu, "habisnya.. aku tak pandai berias"

Sasuke tersenyum simpul. Sakura saja siap memberikan pampilan terbaik hari ini. Mana mungkin Sasuke menghianati itu.

"Lakukan sesukamu" tanggap Sasuke mengacak-acak rambut gulali.

Ucapan Sakura terbukti. Dua jam sebelum keberangkatan, Hyuga Hinata datang membawa kotak rias portabel lengkap. Dengan sentuhan ajaibnya, perempuan indigo segera menyulap rupa Sakura menjadi lebih mempesona.

"Mohon maaf, Tuan Uchiha. Aku pinjam istri dan kamarmu sebentar" cara bicara Hinata menggunakan suara alto dengan sedikit nada mengejek. Paham jika Sasuke tak mau jauh-jauh dari istri.

"Hn"

"Yahoo, let's do it!" seru Hinata sumringah menggiring Sakura ke kamar.

Sudah lama ia tak main make up dengan sesama perempuan. Paling sering cuma mempraktekkan pada wajah si kakak ipar. Namun sejak hamil, sang kakak, Neji, terlampau protektif dan melarang Hinata melakukan hal macam-macam.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang