Tugas Seorang Istri.

2.2K 247 16
                                    


"Sakura-san, apa kau sudah siap?"

Panggilan pagi di depan pintu yang terketuk berulang. Wanita empunya nama Sakura tak jua membuka pintu. Bukan karena malas-malasan, justru karena mempersiapkan segala sesuatunya.

"Hai, Uzumaki-san"

Sakura tengah siap dengan tas selempang ukuran sedang. Baju-baju ganti untuk dua hari ke depan ia pak rapi di dalamnya. Sekarang dia

"..kau tidak perlu repot datang kemari. Aku bisa naik kereta ke rumah sakit"

"Hah~ mana bisa" Naruto tersenyum kecut, "kemarin Sasuke menitipkan sesuatu. Mobil dan juga dirimu"

Bibi Sakura manyum beberapa mili, titip? Dasar, dia kira aku barang?!

"Sasuke itu.. dia sangat mencemaskanmu ya"

Sakura tertegun, eh?

"Tapi sudah jadi kebiasaan juga. Dia selalu menunjukkan rasa perhatian ke orang terdekatnya sembunyi-sembunyi, tidak gamblang"

Amarah meluap dalam dada berganti rasa bahagia. Sakura tersenyum teduh. Rupanya seperti itu jati diri si suami. Pria pemalu yang sulit berterus terang.

"Petang sesudah kejadian, aku dan yang lain membesuk dia. Dia salah tingkah sekali! Padahal sebenarnya senang saat kami datang" kelakar Naruto seraya terbahak, "dan dia berpesan yang tadi itu padaku. Jadi kalau-kalau kau mau mengunjunginya, telpon saja aku. Aku akan jadi sopir pribadimu"

"Arigatou, Uzumaki-san. Kau baik sekali"

"Iia, aku hanya melakukan apa yang Sasuke minta. Kebetulan juga tempat tinggal kami yang paling dekat" timpal Naruto agar Sakura tak sungkan-sungkan.

Luka Sasuke tidak terlalu serius, namun pria cerdas tersebut masih butuh pemantauan dalam tiga hari. Banyak mendapat jahitan serta kondisi tangan yang mengalami fisura, Sasuke masih dalam kontrol dokter. Belum lagi kemarin sempat mengalami penurunan kesadaran beberapa menit.

"Yo!" sapa Naruto terhadap sahabat yang kini mulai bisa duduk sempurna.

"Uhn" susul Sakura di balik tubuh Naruto. Walau hampir satu hari kejadian lalu, kedua pasutri tersebut agak canggung. Mengingat Sasuke tiba-tiba memeluknya, seketika wajah Sakura merona.

"Hn"

Sama saja. Sasuke juga sedikit kikuk. Meski tak sadar seutuhnya, ia tidak melupakan kala berada dalam dekapan tubuh istrinya kemarin.

Bincang ringan Naruto sukses memecah keheningan. Mulai bertanya kabar, kondisi terkini, dan bagaimana kemajuan Sasuke. Tak berselang lama, dua orang datang berkunjung lagi. Pria tersebut sontak membungkukkan badan, berterima kasih banyak atas pertolongan ketika terjadinya bom kemarin.

"Hounto ni, arigatou. Kau sudah menyelamatkan Kankuro. Dia bilang, kalau kau tidak menghalau reruntuhan itu, entah apa yang terjadi"

"Ya, benar. Maaf saat itu aku malah egois lari menyelamatkan diri, bukannya membantumu keluar dari reruntuhan" imbuh Kankuro mengikuti laku sang adik.

"Nande mo nai. Semua orang memang panik saat itu. Aku bisa memahaminya" ujar Sasuke tidak keberatan. Apa yang dialaminya juga murni musibah. Tak mampu menyalahkan siapapun.

"Para tersangka sudah diringkus kepolisian. Tapi masih ada kemungkinan mereka punya relasi lain. Kita harus tetap waspada" papar Gaara memberi info tentang pelaku kejahatan di kampus Suna, "dan untuk semua biaya korban akibat peristiwa kemarin, Suna akan menanggung semua"

"Kau tidak perlu khawatir. Kami menjamin kesembuhanmu sampai sehat total" merasa bersalah, Kankuro membuat janji pada penyelamat nyawanya.

Seketika Sakura menunjukkan syukur seraya tersenyum cerah, "arigatou gozaimashita"

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang