Sejak kejadian itu Varon tak pernah mau kehilangan jejak Annette. Dirinya senantiasa melawan pemikiran tentang seberapa jelek perempuan itu dimatanya sebab telah berbuat kurang ajar pada Annette.
Sempat ingin menemuinya lagi saat perut wanita itu membuncit, namun urung karena belum siap mendapat amarah dari orang tuanya sebab sudah berani menghamili seorang gadis.
Saat ini ia telah bekerja di perusahaan keluarganya, lima bulan lalu resmi di angkat menjadi pemimpin, menggantikan sang ayah yang katanya sudah tidak sabar melihat kinerjanya. Karena sudah bisa mencapai impiannya sebagai seorang pemimpin perusahaan, sekarang Varon bertekat akan datang pada Annette untuk bertanggung jawab atas semuanya.
Sekarang masih pagi. Sangga sedikit bergerak membuatnya menoleh menatap wajah polos yang masih tertidur. Wajah ini benar-benar mirip dengannya.
"Maafkan ayah yang belum bisa membahagiakanmu" ungkapnya lirih. Selalu ada perasaan sedih di dadanya saat menatap wajah Sangga. Anak yang tidak bersalah namun harus menanggung kebencian dari Annette. Memikirkan hal tersebut membuat Varon memeluk anak kecil itu erat.
°°°
Annette memasuki ruangan kerjanya dengan lesu. Seharian berada di luar bertemu dengan klien membuatnya sangat ingin beristirahat di kamar miliknya namun mau bagaimana lagi, beberapa pekerjaan harus ia selesaikan akan tidak menumpuk.
"Orang itu terlalu banyak mau. Membuat pusing saja" Gerutunya.
Tadi kliennya terus memintanya mengganti beberapa detail pada gaun yang sudah dua bulan ini ia rancang. Agak menyebalkan memang tapi Annette harus menurutinya.
Sejenak ia menatap layar ponsel. Astaga, hari ini ia akan berkunjung ke rumah orang tuanya, mengingat mereka baru saja pulang setelah selesai mengurus pekerjaan di luar negeri. Sepertinya pekerjaan-pekerjaan hari ini akan di tunda dulu.
Sesaat kemudian Annette bangkit, berpesan pada sang asisten untuk menghandle tamu atau orang yang ingin melihat rancangan gaun.
"Baik Bu" Safa membungkuk setelah Annette pamit padanya.
Lima belas menit berkendara, akhirnya Annette sampai di rumah orang tuanya. Dengan wajah sedikit datar, wanita itu melangkah menghampiri dua orang yang tengah bercengkrama di ruang tengah.
"Annette" pekik Hashi lantas menarik anak tertuanya itu dan memeluknya.
"Ah, ibu selalu merindukanmu"
"Bohong" ucap Annette sambil menampilkan wajah malas.
"Hei, berani kau menuduh ibu berbohong?"
"Jelas saja. Setelah kalian sampai disini ibu tak mengabari ku, kan? Hanya Alika saja yang memberitahu jika kalian pulang hari ini" Annette menekuk wajahnya.
Hashi tertawa pelan "Astaga ibu lupa. Maafkan" wanita itu menepuk pelan punggung tangan Annette.
"Tidak ingin memelukku anak manis?" Suara Pram terdengar membuat Annette menoleh lantas menghampiri dan memberikan pelukan juga.
"Miss you Dad" ungkapnya penuh kasih.
Pram membalas ucapan itu dengan memberi ciuman singkat di pipi Annette.
"Seperti Annette saja yang baru datang dari luar negeri " celetuk Alika menatap risih Annette yang masih terlihat manja di usianya yang telah dewasa.
Annette menunjuk adiknya tajam "Kau iri" ucapnya.
"Aku tidak iri, ada ibu yang bisa ku peluk juga" Balas Alika. Tak sadar gadis itu mengangkat jari tengah ke arah Annette yang membuat mereka semua melotot.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
RomansaRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...