36

4.8K 206 23
                                    

Tatapan teduh di balik mata sembab Varon menyiratkan kepedihan luar biasa bila di telaah lebih dekat. Dua orang tersayang begitu dekat namun terasa sangat jauh. Mengundang senyum getir dan perasaan ngilu saat ingatan pahit menguasai lagi.

Sudah dari satu jam yang lalu ia berdiri mengamati Annette dan Sangga yang kini berada di taman rumah sakit. Bagaimana begitu sabarnya wanita itu memapah Sangga yang terlihat ingin berjalan ke arah depan. Wajahnya terlihat lelah namun senyum di wajah yang hampir tirus itu tidak sedikitpun luntur. Varon ikut tersenyum kecil, orang-orang kuatnya sudah kembali lagi.

"Tanpa sadar kau berhasil mengambil hatinya lebih dari aku"

Benar. Perspektifnya ini tidak bisa di bantah. Biar bagaimanapun seorang anak mendapatkan luka dari sang ibu, itu tidak akan bisa membuatnya berlama-lama membenci, karena perasaan mereka pasti akan selalu terhubung membuat ikatan itu tidak bisa lepas begitu saja.

Tidak tahan hanya menatap dari jauh, perlahan langkahnya mendekat, namun belum sampai dua langkah, dentingan ponsel di kantong celananya menghentikan.

Pulang

Satu kata dalam pesan yang masuk sukses membuatnya mengatupkan rahang keras.

°°°

"Apa lagi yang kalian inginkan?"

"Kapan kau akan membawa anak itu padaku?"

Varon menatap nyalang sang lawan bicara "Jangan bermimpi"

"Kau lupa janjimu? Apa kau belum puas melihat rencanaku yang berhasil kemarin?"

Rahang Varon mengeras "Brengsek! Berhenti mengancamku!" Kerah baju pria baya di depannya Varon genggam begitu kuat. Hampir saja satu pukulan dia layangkan.


"Aku tidak mengancam. Aku dan Felin hanya menginginkan hak kami secepatnya"

"Tidak ada hak kalian pada kehidupanku. Dia milikku, bukan milik kalian!"

"Ah kau lupa ternyata. Dulu dengan santainya kau berkata jika anakmu adalah anak Felin juga" David tertawa  melihat wajah memerah Varon.

"Jangan coba-coba lari dari kesalahan  nak" Sambungnya menepuk pipi pria itu.

Varon melepas genggamannya kasar kemudian beralih menyorot tajam sosok Felin yang sejak tadi  memperhatikan di sudut tangga.

"Ku beri waktu satu bulan. Jika anak itu tidak berhasil sampai di tanganku, jangan harap kau bisa bertemu dengannya lagi"

Selesai dengan kalimatnya, David berlalu. Meninggalkan Varon yang terdiam menatap kosong pada snag mantan kekasih.

"Maaf karena semuanya semakin rumit untukmu" Falin bangkit berjalan ke arahnya dengan wajah sedih di buat buat, mendaratkan satu kecupan di pipi kirinya.

"Selalu pegang kata-katamu Varon. Kami menunggu"

Semuanya semakin rumit. Rasa cintanya dulu menjeratnya begitu kuat sampai-sampai masa depan yang hampir ia dapatkan perlahan menjadi titik semu yang terus saja menghantui relung hati.

Malam penuh alkohol begitu meriah menemani pesta kalangan anak muda berusia belasan tahun ini. Vila kecil milik orang tua Nalen adalah tempat yang begitu strategis yang mereka pilih sebagai tempat untuk liburan seperti sekarang.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang