Pukul satu tengah malam Annette terbangun dalam keadaan gelapnya kamar. Wanita itu bangkit duduk sambil terus menggosok bagian tubuhnya yang terasa gatal. Diluar yang tengah hujan deras, ditambah dinginnya AC membuatnya mendengus kasar, alergi dinginya kambuh lagi. Sesekali ia bersin, membuat Varon yang berada di sampingnya mengerjap pelan. Sadar dirinya terbangun, pria itu lantas mendudukkan tubuhnya juga.
"Ada apa?"
"Alergi dingin" Annette menjawab sambil menunjuk AC. Varon segera meraih remote control kemudian mematikannya.
"Tunggu disini"
Varon hendak beranjak namun Annette menahan "Tidak perlu menyusahkan diri sendiri. Tidurlah, ini akan hilang juga nanti" Masih dengan tubuh terasa gatal, wanita itu kembali berbaring membelakangi Varon.
Sang pria jelas tidak tega, apalagi melihat lengan istrinya yang sangat memerah karena terus di usap keras. Perlahan ia bangkit menuju lemari mengambil sepasang kaos kaki.
"Pakai selimutnya, Anne"
Annette mendengus namun tetap menerimanya.
"Mau ku pakaikan ini juga?" Kaos kaki itu Varon ulurkan ke depan wajah sang istri.
"Kau mau membuatku kepanasan, huh?" Annette bersungut, pria di depannya selalu membuatnya kesal.
"Bukan begitu, "
"Aku sudah bilang tidur saja! tidak usah mengurusiku! Aku tidak akan mati hanya karena alergi sialan ini" Annette menatap tajam penuh kebencian. Ia benar-benar kesal sekarang.
Di tempatnya Varon membeku sebelum akhirnya mengangguk lalu kembali ke sisi kasurnya dan meletakkan kaos kaki itu di nakas. Ia tidak menggunakan selimut, membiarkan Annette saja yang memakainya. AC juga sudah mati jadi sekarang tidak begitu dingin.
Tiga puluh menit telah berlalu Varon masih terjaga sebab Annette juga masih bergerak gelisah. Tapi selang beberapa menit ia sudah bisa tenang karena wanita itu juga sudah kembali terlelap. Dengan pelan ia menyibak selimut yang membungkus lengan Annette
"Ruamnya begitu banyak" gumamnya. Tangannya masih setia di lengan sang istri kemudian dengan sedikit ragu mengusap pelan di sana sampai tak sadar tertidur dengan posisi sedikit memeluk wanita itu.
°°°
"Sangga" Riri begitu bersemangat menyambut cucunya yang baru pulang pagi ini.
"Tidak mengajak paman Dava masuk?"
Sangga menggeleng pelan. Mulutnya penuh cokelat membuatnya tidak bisa menjawab pertanyaan Riri langsung.
"Ini masih terlalu pagi, kenapa sudah pulang?"
"Paman Dava pergi ke kantor. Nanti jika dia sudah pergi, tidak ada yang akan mengantarku pulang"
"Ada ayahmu yang bisa menjemput"
"Aku sudah bilang begitu dengan paman, tapi dia bilang tidak ada yang akan menjagaku karena bibi Vanya sedang sakit"
"Bibi Vanya sakit?" Sangga mengangguk lagi.
"Bibi terus muntah tadi malam"
"Tidak kerumah sakit?"
"Bibi tidak mau"
Riri menghela pelan. Istri keponakannya itu memang keras kepala. Dia tahu kesehatannya terus terganggu tapi tidak pernah mau jika di periksa kerumah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
RomanceRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...