19

3.5K 191 20
                                    

Pagi ini Annette akan pergi bersama Safa untuk melihat bagaimana tempat yang akan mereka beli untuk bisnis baru mereka. Dengan wajah datarnya wanita itu menuruni setiap anak tangga.

"Mau kemana?" Varon muncul dari arah ruang tengah.

"Pergi"

"Kemana?"

Annette berdecak "Mengapa kau selalu penasaran dengan urusanku?" membalasnya ketus

"Bukan begitu, hanya saja sebentar lagi aku ada rapat penting. Apa bisa kau membawa Sangga bersama mu? Setengah jam lagi aku harus tiba disana, tidak mungkin dia di sini sendirian"

Annette mendengus lalu mendudukkan tubuhnya di ruang tamu "Cepat bawa dia kesini, aku sudah terlambat sekarang!" 

Varon lantas mengangguk kemudian berlalu. Tak lama, ia kembali datang sambil memperbaiki jaket dan syal yang Sangga pakai.

"Jangan terlalu lama di luar, cuaca sedang dingin"

Annette memutar mata malas.

"Hati-hati saat berkendara, aku berangkat" Varon mengelus rambut Annette sejenak kemudian pergi.

"Ayo" Annette menggenggam tangan Sangga tak ikhlas. Sampai di garasi di tuntunnya anak itu untuk duduk di kursi belakang karena samping kemudi akan di tempati oleh Safa.

"Jangan memegang apapun, diam"

Perlahan mobil melaju meninggalkan pekarangan. Hari ini begitu dingin sebab sebentar lagi musim akan  berganti. Namun seolah bisnisnya lebih penting, Annette mengabaikannya dan berpikir semua akan baik-baik saja karena sudah memakai baju tebal.

"Kau sudah sarapan?" Annette menatap Sangga dari kaca depan.

"Iya bibi"

Dirinya bertanya bukan karena peduli,  namun karena mengingat semenjak mereka tinggal di rumah baru itu tidak pernah sekali pun ia melihat Varon dan Sangga berada di meja makan. Mungkin ada, tapi ia tak lihatnya.

Lima menit kemudian mereka sampai di depan lorong kecil.

"Turun"

"Aku menunggu disini saja bibi, dingin"

"Oke" Dengan cuek Annette berjalan memasuki lorong kecil untuk bisa ke kontrakan milik Safa. Hari ini moodnya sedang dalam baik karena akan bertemu teman yang ia anggap adik, sehingga tentang keberadaan Sangga tidak terlalu dirinya pusingkan. Lagipula selagi anak itu tidak memancing emosi biarkan saja dia sendiri.

"Sudah sampai ternyata, ayo" Safa tersenyum menyambutnya lantas dengan semangat menggandeng tangannya kembali ke mobil.

"Oh, siapa ini?" Safa menyipitkan mata kala ia menangkap kehadiran Sangga.

"Anak temanku. Ayahnya menitipkannya sebentar. Tak apa kan?"

"It's okey, dia imut. Mungkin aku akan menyukainya apalagi jika dia sedikit bersuara" Safa mengulurkan tangannya

"Siapa namamu tampan?"

"Sangga"

"Nama yang keren" Balas Safa langsung.

Sesaat kemudin gadis itu beralih pada Annette "Siapa nama ibunya? Mungkin aku mengenalnya"

"Kau tidak kenal, dia orang jauh"

"Ah, begitu" Safa mengangguk tidak lagi melanjutkan sesi kenalannya sebab Sangga terus menatap keluar terlihat enggan berinteraksi.

°°°

Hampir dua jam mereka berkeliling menilai bagaimana tiap sudut bangunan yang akan di jadikan tempat usaha baru, sekarang tiga orang itu berada di sebuah restoran memutuskan untuk makan siang.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang