20

4.6K 229 16
                                    

"Alerginya begitu kuat sampai membuat lidah dan tenggorokan membengkak yang menyebabkan sulit bernafas. Wajahnya juga sempat pucat karena tekanan darah sedikit menurun. Saya mohon untuk lain kali agar memperhatikannya dan selalu pastikan dirinya hangat saat cuaca sedang dingin seperti sekarang. Dia masih terlalu kecil mengalami hal ini"

Annette menatap Varon tak mengedip, pria itu sejak datang sampai sekarang masih mendiaminya. Membuat setitik rasa tak nyaman dalam hatinya. Tadi sempat pria itu berbicara padanya,  namun hanya sekedar bertanya dimana Sangga dan itupun dengan suara berat terkesan dingin.

Saat ini Sangga sedang istirahat jadi Varon memutuskan untuk menunggu diluar dan Annette pun demikian. Kepalanya sakit, ia sudah mewanti-wanti ini sebelumnya tapi wanita di depannya tidak mau mendengar. Lagi-lagi ia ingin marah tapi akhirnya meredamnya saja sebab tidak mau hubungan mereka semakin berjarak hanya karena dirinya.

"Tadi dia baik-baik saja" Annette memecah keheningan membuat Varon menoleh menatapnya datar. Pria itu mengangguk, tidak berniat bersuara.

"Jangan menyalakan ku atas kejadian ini, aku tidak terima. Yang salah adalah dirimu, kenapa tidak memberitahu jika anak itu memiliki alergi terhadap dingin"

"Kau terlampau tidak peduli padanya Annette. Pesan agar membuatnya tetap hangat saja kau abaikan, jadi bagaimana aku memberitahumu jika kau nanti menyebutnya menyusahkan dan berakhir tidak ingin membawanya sementara aku ada rapat penting"

"Tapi lebih menyusahkan saat sudah begini! Lihat, tidak mungkin aku membawanya kesini jika aku mengabaikannya" Bantah Annette,  tidak suka di salahkan.

"Itu perasaan kasihan saja sesama manusia, bukan ibu dan anak"

Annette menggeleng tak percaya "Kalau tahu kau berpikir seperti itu, lebih baik aku meninggalkan nya disana, sialan!" Dengan emosi Annette meraih tasnya lantas pergi meninggalkan Varon yang menatapnya sendu.

"Bahkan kau tidak merasa bersalah"

Sebenarnya Varon tidak ingin mengeluarkan kalimat-kalimat menyudutkan sang istri. Tapi ia ingin Annette mengerti, bahwa Sangga bukan objek yang pantas di permainkan. Harusnya wanita itu bisa menerima anaknya tanpa ada paksaan darinya. Harusnya ia juga mengerti kalaupun Sangga tidak memiliki alergi itu, dirinya tetap menjaga agar anak itu tidak kedinginan.

°°°

"Ada yang sakit?" Sangga menggeleng pelan. Alerginya berangsur membaik meski beberapa bagian tubuhnya  masih ada sedikit ruam.

"Minum ayah"

Dengan sigap Varon mengambilkannya.

"Ayah sudah bilang kan, tetaplah hangat. Kenapa tidak menurut, hm?" Pelan-pelan Varon mengelus rambutnya.

"Bibi Anne tidak ingin cepat pulang, sepertinya masih ingin bersantai di sungai itu"

"Sungai?" Varon terbelalak. Udara yang semakin dingin tapi wanita itu nekat pergi kesanam? Apa dia juga tidak memikirkan dirinya sendiri?

"Kenapa tidak mengajaknya pulang, nak?"

Sangga menggeleng
"Sudah ayah tapi bibi Anne tidak mau"

"Dia ada memarahi mu hari ini?"

"Tidak ada. Bibi Annette jarang bicara, mungkin karena temannya begitu cerewet terus mengajak ku bercerita"

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang