Varon tak bosan menatap Annette yang kini tengah tersenyum menyambut tamu-tamu yang masih berdatangan. Jujur rasa haru melingkupinya, dirinya tahu semua ini memuakkan untuk istrinya itu, namun dia berusaha menutupinya dan bersikap layaknya tengah bahagia.
"Berhenti menatapku seperti itu" Annette berbisik tajam, tangannya tidak segan meremas lengan Varon yang kini ia gandeng. Jika tidak mengingat tamu yang masih banyak, sudah sejak tadi ia menghempaskan tangan sialan suaminya ini.
"Kau cantik" Varon tetap menatapnya.
"Kau sialan!" Annette melepas gandengannya.
"Jangan mengumpat di hari sakral Anne"
"Aku tidak peduli"
Varon memilih diam tak menanggapi dan kembali meraih tangan Annette.
"Tidak usah memegang ku!" Annette geram, suaranya berusaha ia tekan.
"Kenapa? Kau istriku"
Saat mereka tengah beradu pandangan, dua orang datang mendekat.
"Selamat atas pernikahan kalian" Dava tersenyum berjabat tangan dengan kedua pengantin tersebut.
"Terimakasih. Tidak bersama istrimu?" Varon bertanya karena sepupunya ini hanya datang bersama adiknya.
"Dia kurang enak badan, kau tahu sendiri bagaiman kondisinya" Ah iya, Varon paham. Istri Dava memang seperti itu sejak pertama kali datang di keluarga mereka, terkesan sakit-sakitan mungkin karena kehamilannya.
"Seharusnya tidak usah memaksa kesini, kasian dia kau tinggalkan sendirian"
Dava berdehem kecil "Ada ibunya yang menjaganya" ujarnya.
"Oh ibunya sudah datang?"
"Ya, aku menjemputnya semalam"
Tanpa mereka ketahui, Annette yang sejak tadi berbicara dengan Cella terus mencuri pandang ke arah Dava. Entah mengapa saat melihat pria itu hatinya langsung yakin bahwa sepupu Varon ini baik. Jadi sepertinya ia tidak perlu terlalu memikirkan tentang Vanya. Semalam ia juga sempat terhubung dengan Sera, wanita itu berkata baik-baik saja dan dia sudah bersama Vanya.
°°°
"Malam ini mau tidur dengan ayah?" Sangga menggeleng, ia tentu saja tidak mau sebab Annette sejak tadi menatapnya datar dari atas ranjang di belakang Varon.
"Tidur dengannya saja sana, aku tidak mau satu kamar denganmu" Annette dengan santai mematikan lampu kamar lalu berbaring membelakangi dua orang itu.
"Tidur di kamarku ayah" bisik Sangga berharap ayahnya mau menurutinya.
"Ya sudah, ayo ke kamarmu" Varon mendekat pada Annette sebentar, berniat mengelus kepalanya. Namun belum sampai memegang wanita itu, tangannya terhempas lumayan keras.
"Berhenti bersikap berlebihan, kau membuatku muak!"
"Jangan terlalu kasar Anne" Varon menghela pelan lalu kembali pada Sangga dan menggendongnya. Annette tidak merespon apa-apa hanya telinganya yang samar-samar mendengar percakapan ayah dan anak itu sampai keluar kamar.
"Bajingan" Desisnya, muak dengan perawakan Varon yang menurutnya pura-pura baik.
"Varon?" Riri menatap sang anak yang berdiri di ujung tangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/313470019-288-k50361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
De TodoRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...