44

4K 226 62
                                    

Setelah kepergian Varon, Annette masuk ke dalam mobil meninggalkan tiga orang yang menatapnya berbeda. Entah apa yang mengganggunya, yang pasti hatinya sedikit tidak nyaman setelah pria itu pergi. Sudah begitu kuat ia menekan pikiran agar tidak memikirkannya, tapi sulit.

Kenapa pria itu se mengalah ini padanya? Apa ia berusaha memanipulasi lagi?

"Apa yang kau pikirkan Annette?" Lirihnya sambil membawa wajah bersandar di lipatan tangan di atas kemudi.

Beberapa menit ia bertahan di posisi itu, akhirnya tubuhnya kembali bersandar. Memandang lurus ke depan berusaha menetralkan perasaan. Namun matanya tak sengaja menangkap sesuatu di atas dashboard. Sebuah cake kecil dengan lilin angka dua puluh enam tertata rapih di samping buket mawar biru. Dengan pelan di raihnya cake berwarna merah tersebut.

Happy birthday Jennie

"Jennie?"

Pikiran-pikiran tak di inginkan langsung memenuhi pikiran Annette lagi. Jennie adalah nama panggilannya yang lain, yang hanya di ketahui oleh orang-orang terdekatnya. Tapi kenapa——

"Dia?" Nama Varon langsung terlintas, dan feeling nya sangat kuat jika ini semua pria itu yang melakukannya. Ya, siapa lagi? Vanya tidak mungkin karena barang yang mereka bawa ia tahu semuanya. Dava? Tentu tidak.

"Anne"

Suara Vanya yang tiba-tiba membuatnya tersentak.

"Hari ini ulang tahunmu?"

Annette menatap kue yang masih dia pegang, kemudian mengangguk kaku.
"Tapi bukan aku yang menyiapkan ini" Balasnya terbata, berharap setelah menyampaikan hal itu Vanya menyuarakan pikiran yang sama dengannya.

"Varon?"

Gotcha! Tidak salah lagi, pria itu yang sudah menyiapkannya.

"Rencananya gagal"

Anne bungkam melihat Vanya yang kini tertawa kecil. Ia tahu ada maksud dari ekspresi tersebut."Kau juga tentang kedatangannya, Vanya? Tanyanya menyelidik.

"Tidak. Sudah tak usah di bahas atau kau akan emosi lagi. Ayo ke tenda, sudah tengah malam. Sangga menunggumu"

Wanita hamil itu menekan kata tengah malam dalam kalimatnya, kemudian berlalu dengan senyum kecil.

Annette mendesis lantas beralih pada jam di pergelangan tangan kirinya. Benar, waktu sudah tengah malam. Seketika pikiran tentang Varon yang pulang seorang diri menusuk relungnya dan tanpa di undang perasaan sialan itu datang.

Hatinya khawatir.

°°°

Rencana menginap dua malam gagal total sebab mood Annette berantakan, membuat Vanya memutuskan agar mereka pulang saja. Ia paham apa yang tengah wanita itu rasakan, tadi malam saja ia tidak bisa tidur sama sekali setelah panggilan yang Dava lakukan tidak di jawab oleh Varon.

Mobil sudah terparkir sempurna di dalam garasi. Sangga cepat-cepat keluar untuk melambai pada Dava dan Vanya yang perlahan mulai menjauh.

"Ayo"

Annette menggandeng tangan anak itu memasuki rumah setelah melirik mobil Varon yang ternyata masih ada. Langkah mereka sampai di pintu kamar. Saat akan menekan kenop nya, presensi Varon tiba-tiba muncul dari kamar sebelah.

"Oh, kalian— kenapa sudah pulang?"

Annette menatap lamat pria itu, wajahnya pucat begitu juga bibirnya.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang