12

3.8K 183 0
                                    

Mata yang hampir delapan jam menutup, kini perlahan terbuka lalu menatap heran ke arah dua orang di depannya.

"Ayah" panggilnya parau

"Sudah sadar ternyata" Pram mendekat di ikuti Varon yang sejak tadi tidak bisa menyembunyikan wajah khawatirnya.

"Anne, ada yang sakit? Mau ku panggil dokter?" Varon bertanya sambil berusaha tersenyum meski  wajah Annette mulai tidak nyaman.

"Ck, untuk apa kau disini juga? Aku muak melihatmu, bodoh" balas Annette ketus.

"Annette, berhenti bersikap kurang ajar. Apa kau lupa jika Varon menyelamatkan mu semalam? Kalau dia terlambat sedikit saja, mungkin kau sudah di nodai oleh preman-preman itu"

Ya, tadi malam setelah Pram menerima telfon dari Safa, ia langsung memberitahu Varon apa yang Annette lakukan. Jadi sebelum dirinya pergi, Varon sudah lebih dulu menyusul wanita itu.

"Paman" Varon mencoba meredam emosi Pram yang sejak semalam masih menggebu.

"Bisa kau keluar sebentar?"
Pram mengabaikannya.

Akhirnya Varon keluar guna memberi ruang ayah dan anak itu untuk berbicara.

"Dokter bilang kau terlalu banyak berfikir akhir-akhir ini, itu pasti karena ayah, ayah minta maaf" Pram menjeda berusaha menelisik wajah sang anak sebelum kemudian melanjutkan hati-hati.

"Tapi di luar dari itu semua, ayah melakukannya demi kebaikanmu, nak. Varon memang brengsek, tapi Razi lebih dari itu. Kau sudah melihatnya sendiri bukan? Selama ini kau hanya berusaha keras melindungi diri tanpa pernah mau melihat perjuangan Varon. Dia terus mencarimu dan Sangga nak, tapi kau menutup akses agar dia tidak bisa masuk ke dalam hidup kalian—"

Annette diam saja sampai perlahan ia terisak kecil. Bukan tentang penyesalan karena mengabaikan pria brengsek itu, bukan! Tapi karena kejadian semalam yang perlahan merenggut pikiran jernihnya. Bayang-bayang kejadian masa lalu perlahan menyapa, membuat telinganya berdenging. Sontak ia berteriak, membuat Pram shock dan dengan cepat keluar mencari dokter.

Varon yang memang masih berada di luar ruangan langsung bangkit menatap pria baya itu yang berteriak memanggil doker. Tanpa babibu ia masuk dan melihat bagaimana disana Annette menarik rambutnya kuat.

"Shit! Annette, stop!" Sekuat tenaga Varon melepaskan tangan wanita itu dari kepalanya lalu memindahkannya ke pinggang miliknya. Di rengkuhnya Annette begitu erat, mencoba membuatnya merasakan rasa sakitnya juga.

"Annette!" Varon berusaha mengimbangi tenaga Annette yang begitu kuat, tubuhnya terus terguncang.

"Brengsek!"

"Jangan sakiti dirimu seperti ini, maafkan aku" lirih Varon. Sesekali tangannya mengelus punggung rapuh Annette, membisikan kalimat-kalimat penenang meski kadang dorongan kuat ia dapatkan.

"Rasa sakit itu, kau harus membawanya padaku jangan pada dirimu. Aku yang bersalah, jadi birkan aku menanggungnya" bisik Varon lembut saat Annette mulai tenang di pelukannya.

"Kau penjahat!"

Varon mengangguk kuat menanggapinya "Iya aku jahat"

°°°

"Rape Trauma Syndrome merupakan salah satu respons alami seseorang akibat trauma akan pelecehan. Terdapat beberapa gejala yang dialami oleh pengidapnya seperti mudah terkejut, takut, dan cemas. Yang tadi adalah gejala yang kedua. Otaknya kembali mengingat kejadian buruk yang pernah ia alami, memicu rasa takut yang intens"

"Apa semua itu bisa di hilangkan?" Pram menggenggam tangan sang istri, berusaha agar wanita di sampingnya  tenang. Hashi baru datang lima belas menit yang lalu karena sebelumnya pulang untuk mengambil Sangga dan keperluan Annette. Namun saat ia kembali, wanita itu di sambut dengan keadaan Annette yang membuatnya semakin khawatir. Ternyata anak sulungnya memendam semua traumanya tanpa pernah mau bercerita padanya. Sebagai seorang ibu, tentu saja itu menyakitkan.

"Bisa, cobalah terus di sampingnya, dengarkan semua keluh kesahnya dan sebisa mungkin menjauhkan dari hal yang mungkin saja bisa memicu traumanya. Namun, jika reaksi stres traumatis timbul kembali dengan begitu kuat dan terus-menerus, kalian bisa meminta bantuan dari profesional kesehatan mental"

"Baiklah, terimakasih"

Hashi dan Pram keluar dan mendapati Varon yang ternyata sudah duduk di luar ruangan Annette sambil menepuk-nepuk punggung Sangga yang bersandar di dadanya.

"Kenapa?" Tanya Pram

Varon tak bersuara tapi memberi kode jika ia akan menjelaskannya nanti.

°°°

Varon termenung setelah kedua orang tua Annette menjelaskan semua yang di katakan oleh Dokter. Annette memiliki trauma karenanya jadi bagaimana bisa ia akan bertanggung jawab sedangkan salah satu cara agar wanita itu kembali sehat adalah dengan menjauhkan segala pemicu traumanya. Ini sungguh membuatnya serba salah.

"Jangan terlalu di pikirkan. Kita pasti bisa membuatnya kembali seperti dulu. Tetaplah di samping Annette apapun yang terjadi" ujar Hashi. Ia sadar Varon berada di antara dua pilihan berat.

"Bantu dia sembuh, ingat kau harus bertanggung jawab jadi jangan pernah berfikir untuk meninggalkannya"

"Tapi—"

"Tidak ada alasan. Kau pasti bisa merengkuhnya tanpa rasa sakit yang sama" Pram menepuk bahu Varon pelan. Sedangkan yang mendapat tepukan itu menghela. Ia akan berusaha demi Annette.

"Sekarang jelaskan, Sangga kenapa?"

"Sangga ketakutan sebab Annette membentaknya karena tidak sengaja menjatuhkan gelas saat ibunya baru saja tertidur"

Hashi terenyuh. Sangga pasti semakin ketakutan melihat Annette.

"Pulanglah dulu. Bersihkan dirimu dan kembali. Siang nanti kau akan disini lebih lama karena aku dan Hashi akan pergi ke perusahaan sebentar" Ucap Pram

"Baiklah" Varon beranjak dan mengambil alih Sangga.

"Hati-hati" pesan Hashi

°°°

"Aku akan menikah dengan Varon"

Pram terkejut. Tiba-tiba saja Annette menyambut mereka dengan kalimat itu?

"Alasannya?"

Wanita di atas ranjang itu terkekeh sumbang. "Apa lagi selain menjauh dari Razi? Ya ayah benar, Varon sedikit lebih baik dari pria itu. Jadi daripada masa depanku menjadi lebih buruk, lebih baik menikah  dengan si brengsek yang satu lagi, kan?"

"Jangan merencanakan sesuatu" Hashi menekan kalimatnya.

Annette menyeringai "Dua minggu dari sekarang urus semua hal tentang pernikahan itu, aku tidak mau campur tangan"

Lihat saja, nanti setelah acara sialan  itu berakhir bukan berarti ia akan mengikuti Varon. Dirinya sudah memikirkannya matang-matang, status pernikahan tidak akan merubah apapun dari hidupnya.

°°°

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang