26

4.6K 237 20
                                    

Pagi sampai siang di apartemen Annette habiskan dengan merenung memikirkan setiap perkataan Varon dan semua yang terjadi semalam. Ternyata selama ini pria itu sadar dia salah tapi kenapa tak pernah sekalipun Annette merasakan penyesalannya? Hidup bersama hampir dua bulan tak ada yang berubah, semuanya tetap datar.

Annette memang terlalu membuat jarak, tapi hal itu ia lakukan agar Varon sedikit memperlihatkan  perjuangannya untuk mendapat maaf darinya. Namun sepertinya itu tidak untuk di harapkan karena nyatanya  pria itu cuek juga.

Kalimat panjang Varon pagi tadi sangat mengganggu. Apa pria itu tidak bisa menempatkan diri di posisinya? Kenapa sangat menyalahkannya padahal ini bersumber dari dirinya sendiri? Menyebutnya brengsek tanpa bercermin adalah kalimat yang paling tertanam di otak Annette.

"Persetan denganmu, aku akan tetap datang demi Sangga"

Sadar pemikirannya mulai berantakan, Annette bangkit ke arah dapur. Sebentar lagi ia akan kembali ke rumah sakit. Terlalu masa bodoh dengan Varon yang melarangnya mendekati Sangga, toh ia juga tak berniat jahat. Jadi biarlah pria itu berpikir sesukanya Annette tak mau ambil pusing.

°°°

Annette mengedarkan pandangan saat baru saja masuk ruangan Sangga.

"Kemana dia?" Monolog nya saat tak mendapati Varon atau siapapun di ruangan itu. Di letakkannya bekal makan siang yang ia bawa lalu  mendekat pada kamar mandi dan mendorong pintunya pelan, kosong.

"Bisa-bisanya dia meninggalkan Sangga sendiri seperti ini"

Berusaha menekan kekesalan, Annette beralih pada sang anak. Matanya menelisik wajah di depannya yang begitu mirip dengan Varon. Hidung, bibir bahkan bentuk wajahnya benar-benar persis.

"Kalau Sangga bangun nanti jangan sakit lagi, oke? Jagoan harus kuat" Sebagian hati Annette hampir hancur. Harusnya selama ia sudah menjadi ibu ia harus memperhatikan Sangga, bukan membiarkannya sendirian dan memilih buta dari tanggung jawab.

"Hari ini ibu masak, Sangga tidak mau memakannya?" Hidung dan alis Annette terasa perih sebab berusaha menahan tangis.

Saat tangannya akan meraih kotak makanan, pintu ruangan terbuka membuatnya mengalihkan pandangan

"Oh ada kau ternyata" Varon tersenyum remeh.

"Darimana kau, kenapa meninggalkan nya sendirian?"

"Bukan urusanmu" Hah, begini kah perasaan yang selalu Varon tahan saat berhadapan dengannya? Annette kesal.

"Itu urusanku sialan, kau meninggalkan anakku sendirian" Annette mengernyit saat Varon membalas dengan tawa mengejek.

"Anakmu? Bukankah selama ini kau marah saat kami menyebut fakta itu? Wanita lucu, sialan" Ujar Varon santai, terlampau malas bersikap baik pada Annette. Melihat sikap wanita di depannya ini, Varon bisa tahu mereka akan seperti ini terus sampai kapanpun jika dirinya tak mau mengalah.  Tapi mengingat setiap harinya yang menyebalkan, Varon tak akan pernah mau lagi mengalah pada istrinya. Biarlah seperti ini, tak usah saling berbaikan.

"Brengsek" umpat Annette.

Varon hanya mengangguk-angguk "Terserah apa katamu"

Tidak mau suasana semakin panas, akhirnya Annette memutuskan diam membuat keheningan melanda, di ganti oleh kecanggungan.

"Mengakuinya anak kesayangan tapi terlalu cuek" celetuk Annette pelan.

Saat netranya sedang memperhatikan sisi wajah suaminya, tubuhnya tersentak saat merasakan gerakan pelan dari tangan Sangga.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang