39

2.9K 182 43
                                    

Hari kedua setelah pertemuan yang menyesakkan itu, kini Annette di sibukkan dengan urusan Sangga dan Safa yang sudah di izinkan pulang. Wanita itu tentu senang namun tidak sepenuhnya. Karena fakta dimana ia di bopong oleh Hashi untuk tinggal kembali bersama Varon benar-benar semakin menipiskan kesabarannya. Wanita baya itu seakan tahu apa saja yang akan ia perbuat sehingga terus memantau.

Saat ini sudah menunjukan pukul delapan malam. Di belakang rumah yang begitu tenang, Sangga tengah duduk di temani oleh Annette. Tidak ada percakapan di antara mereka, sunyi total menyelimuti. Menikmati pemandang kolam renang yang terkadang berganti-ganti warna.

Tidak tahan lagi karena udara sudah semakin mendingin, Annette menggenggam tangan anak laki-lakinya pelan."Ayo masuk" ajaknya

Sangga hanya bergeming tapi kemudian  menggeleng.

"Terlalu dingin untuk di luar, Sangga"

"Aku punya selimut" Sangga balas menatap Annette lurus terkesan datar.

Sesaat Annette membeku. Inilah pribadi Sangga setelah sadar dari masa kritisnya. Dingin dan pendiam. Tidak ada yang bisa membuatnya berbicara panjang lagi sekalipun itu Safa. Jujur hatinya sedih. Selain masalahnya, ia juga harus memikirkan masalah apa yang membuat Sangga menjadi diam seperti ini.

Di tengah suasana beku itu tiba-tiba sebuah langkah terdengar mendekat. Sangga menoleh sedangkan Annette tidak. Siapa lagi di rumah ini selain mereka berdua dan pria sialan itu? Pikirannya

Sangga menatap lurus pada sang Ayah, tidak sedetikpun ia berkedip.

"Sangga harusnya sudah tidur di jam begini, ayo masuk"  Varon berusaha tersenyum kecil. Dua orang di depannya sangat kentara tak nyaman dengan kehadirannya.

Sangga mengabaikan. Matanya kembali memandang ke depan.

"Sangga" Panggil Varon lembut

"Masuk saja kalau ayah mau, aku masih disini bersama ibu"

"Nanti alergi—"

"Tidak usah sok peduli. Anak ini tahu apa yang dia inginkan" Potong Annette tak suka.

Varon mengangguk patuh. Meskipun hatinya sedikit nyeri, tapi akhirnya ia memutuskan untuk bergabung bersama dua orang itu. Duduk sedikit berjarak karena Annette terus melirik tajam ke arahnya, lagipula ia tahu mereka pasti tidak nyaman karena kehadirannya.

Baru saja menyamankan posisi duduknya, tubuhnya tersentak saat Annette bangkit cepat.

"Mau kemana?"

Wanita itu menatap sinis lalu meraih tangan Sangga dan membawanya masuk ke dalam rumah. Meninggalkannya yang kembali terdiam.

Inilah resiko yang harus ia terima saat hatinya memang sudah mantap dengan apa yang ia pilih. Tidak apa-apa di abaikan, toh ini tidak ada bandingannya dengan apa yang selama ini ia lakukan pada dua orang itu, jadi ia harus sabar.

°°°

Sudah berpuluh-puluh kali telfon yang Felin lakukan untuk menghubungi sang kekasih tapi tidak satupun di jawab. Terhitung sudah satu minggu Varon tidak pernah memunculkan batang hidung di depannya, membuat perasaan resah jelas menguasai.

David, sang ayah memasuki kamar miliknya. Tatapannya sontak kembali menyendu menumpahkan air mata.

"Masih memikirkannya?"

"Tolong bawa dia kesini ayah. Aku merindukan anakku" Mata Felin mulai memerah "

Ya dirinya sangat rindu. Terakhir kali  bertemu Sangga adalah ketika anak itu pergi ke taman bermain bersama Annette dan Safa. Saat itu ia sangat ingin mendekat pada mereka, tapi Varon terus melarang, membuatnya harus mati-matian bersabar.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang