Ponsel di genggaman Varon terlepas begitu saja di ikuti matanya yang dengan cepat menatap ke bawah dimana Annette masih berada dalam kungkungannya, terisak dengan tangan yang menutup mulut. Perasaan itu menyapa, perasaan takut dan khawatir. Membuatnya memegang lengan Annette membantu wanita itu duduk.
"Lepas!"
Annette jelas menjauh. Ia bahkan memberontak berusaha melepaskan genggaman Varon.
Varon menelan saliva kasar menatap wajah kacau sang istri. Sambil terus memegang lengan Annette, ia bangkit menuju pintu kamar masih dengan bibir terbungkam. Baru saja tangannya berhasil membuka pintu, kehadiran Vanya dan Dava sukses membuat rasa khawatirnya bertambah besar.
"Sangga kecelakaan"
Dua kata itu jadi pembuka percakapan sekaligus pengantar gelap untuk kesadaran yang sejak tadi Annette pertahankan.
°°°
Mata sembab Vanya terus menatap kosong pada brankar di depannya. Sudah hampir satu jam ia menunggu namun sampai sekarang tanda-tanda Annette akan sadar belum ada.
Waktu terus berlalu membuatnya memilih bangkit hendak keluar, tapi tak sengaja matanya bertubrukan dengan tatapan kosong milik Annette. Refleks dirinya mendekat
dan tersenyum senatural mungkin pada wanita tersebut."Sangga, Vanya.."
Air mata kembali membasahi netra cantik Annette. Bibirnnya bergetar dengan tangan terangkat meminta pelukan Vanya.
Semakin lama tangisnya semakin keras dengan tubuh yang memberontak, sampai membuat selang infusnya terlepas paksa membuat Vanya ketakutan.
"Annette, Annette stop!"
Annette abai, emosi sudah menguasainya lagi yang tanpa sadar membuatnya mendorong Vanya hingga wanita hamil itu hampir terjatuh.
Terlepas dari jangkauan Vanya, Annette berlari keluar menyentak Dava yang baru saja menggapai kenop pintu.
"Dimana Sangga?"
Dava diam saat kerahnya di genggam Annette kuat. Wanita di depannya itu terus menyentak ingin informasi mengenai anaknya.
"Sangga hilang"
Annette kontan membeku, mata sembabnya bergerak gelisah menelisik kebohongan di wajah Dava namun nihil. Perlahan ia menggeleng, bibir bawahnya bahkan sudah bergetar dengan wajah tak percaya.
"Jangan main-main dengaku, katakan jika kau berbohong sialan!"
Dava mengepalkan tangan saat Annette dengan setengah sadar meluruh ke lantai. Ia diam tak bergerak, hingga kemudian Vanya keluar mendekat pada mereka.
"Annette ku mohon, Sangga pasti baik-baik saja. Jangan seperti ini"
Vanya mengelus punggung Annette. Sesekali ia menatap Dava yang juga tengah menatapnya dalam diam.
"Sangga menghilang, anak itu hilang Vanya" Tubuh lemahnya membuat Annette berakhir bersandar pada Vanya. Sedangkan wanita hamil itu menetap Dava tak percaya.
"Jangan bercanda" Ucapnya tegas beralih pada sang suami.
"Dava——"
"Orang-orang suruhanku dan paman masih berusaha mencarinya"
Vanya ikut melemas. Tubuhnya bahkan hampir ambruk jika Dava tak bergerak cepat menahanya.
"Tolong kuatkan jiwamu, aku berjanji Sangga akan baik-baik saja" Dengan lembut Dava memeluk istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
RandomRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...