Sangga terus saja tertawa keras saat sang ayah berusaha mengejarnya dari sisi kolam yang lain. Di umurnya yang sudah menginjak tujuh tahun entah bagaimana caranya anak itu sudah bisa berenang layaknya orang dewasa. Sedangkan di belakang, ayahnya terus berteriak kesal.
"Malam ini ibu tidur dengan ayah!"
"Terima kekalahan ayah!" Balas anak itu yang sukses membuat Varon keluar dari kolam lantas berlari ke dekat Annette.
"Ayo main lagi. Sekarang ayah serius"
"Tadi itu tidak serius?"
"Tidak! Sekarang naik, kita main lagi"
Sangga tersenyum penuh ejek sambil melirik Annette yang sejak tadi memperhatikan sekitar. Wanita itu pura-pura fokus pada hal lain padahal memperhatikan tiap gerak-gerik mereka, terlebih Varon.
"Argh!!"
Sangga lagi-lagi meledakkan tawa saat Varon dengan kekesalan penuh melempar mahyong game yang belum sempat terbuka, sementara miliknya sudah semua.
"Sesuai kesepakatan, malam ini aku juga akan makan di luar bersama ibu. Tanpa ayah" Sangga bangkit, mengecup kening Varon sebentar lalu kembali masuk ke dalam kolam.
Di atas kursi santai Annette tidak bisa menahan tawa juga. Matanya sampai berair melihat bagaimana pasrahnya Varon yang tidur terlentang dengan wajah menyedihkan.
"Senjata makan tuan, Mr. Varon?"
"Diam!"
Varon menutup mata dengan lengan, mulutnya terbuka seolah tengah menangis.
"Berhenti bersikap berlebihan, dasar lebay"
Varon mengangkat kepala dengan tatapan sinis "Kau pikir satu malam tidak tidur dengan pasangan itu menyenangkan?!"
"Tentu saja, badan tidak harus sakit-sakitan karena terus di peluk sampai pagi. Itu benar-benar sebuah kebebasan"
"Jennie" Varon menjatuhkan kepalanya lemas. Rengekannya bukan apa-apa bagi sang istri. Malahan wanita itu kini bergabung dengan Sangga, meninggalkannya yang masih mencoba menerima keadaan.
°°°
"Makan" Annette melotot pada presensi di depannya yang sampai sekarang masih lesu.
Varon mendengus kemudian mulai makan tanpa selera. Sebenarnya untuk sekarang ia sudah bisa merasakan senang, sebab makan malam Sangga dan Annette di luar batal karena bujukan mautnya berhasil. "Udara malam terlalu bahaya untuk kalian" Padahal ia tidak mau di tinggalkan seorang diri.
"Aku ingin pergi dengan Javen"
"Tiba-tiba?"
"Hm"
"Oke" Annette dengan santai menyahut membuat pria itu mendelik. Apa tidak ada acara tahan menahan untuknya?
"Mungkin pulang larut"
"Iya"
"Party"
Annette menatapnya lamat yang membuat bibirnya berkedut menahan senyum, tapi anggukan wanita itu di detik selanjutnya, langsung membuat wajahnya berubah datar.
"Jangan menungguku, kunci cadangan aku bawa" Ucapan kali ini pasrah. Jika Annette tidak melarangnya, ia akan benar-benar pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
РазноеRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...