7

5.7K 261 0
                                    

"Mengapa ibu membiarkan mereka berada disini? Ibu sudah mendengar darinya tentang semua yang terjadi bukan?" Annette menatap tak suka Hashi yang terlihat santai duduk di kursi berhadapan dengannya. Di meja makan pagi ini yang biasa terisi empat orang, sekarang bertambah dua karena keberadaan Varon dan Sangga.

"Apa salah jika Ibu ingin berlama-lama dengan cucu ibu?"

"Dia bukan cucu ibu, bukan cucu kalian!" Annette berteriak setelah mendorong kursinya hingga jatuh. Memang benar anak itu dia yang mengandung, tapi tidak ada sedikitpun rasa memiliki di hatinya untuk menyebut Sangga adalah anaknya.

"Annette" ucap Varon mencoba mengalihkan Annette dari amarahnya. Namun bukannya tenang,  ia malah menambah kemarahan itu.

"Apa?! Mencoba mencari perhatian, huh?! Tidak bisakah kau menuruti perkataan ku? Aku ingin hidup tenang tanpa ada kalian berdua, brengsek!" teriakan Annette menyentak semuanya.

Setelah menatap mereka satu persatu dengan mata memerah, wanita itu pergi kembali ke kamar. Mengurung diri, mencoba menenangkan pikirannya dari segala hal yang ia benci.

Annette mengunci pintu kasar, lalu ri lemparnya kunci itu ke sembarang arah. Tubuhnya perlahan meluruh menahan suara isakan agar tak terdengar oleh siapapun.

"Tuhan aku membenci ini. Aku sakit setiap melihat wajah mereka" Annette tidak mau begini, sungguh. Apa lagi karena lelaki sialan itu.

Sadar apa alasan ia menangis, Annette bangkit dan menghapus kasar air matanya. Ia berjalan kearah lemari kaca di depan ranjang setelah matanya tak sengaja melirik seragam masa SMA nya dulu tergantung disana. Seragam yang memiliki kenangan terburuk di hidupnya.

Diraihnya gantungan baju tersebut kemudian mengambil gunting di atas meja riasnya. Menggunting asal seragamnya sampai tak berbentuk dengan perasaan marah yang kembali menguasai.

"Arghh!"

Gunting terlempar kearah pintu kamar dengan kencang. Traumanya muncul. Ingatannya tentang kejadian itu terbayang jelas. Teriakannya begitu kuat, hungga menyentak semua orang yang masih ada di meja makan. Varon bangkit dengan cepat dan berlari kearah kamar Annette.

"Anne! Buka pintunya. Hei!"

Suara gaduh semakin terdengar di dalam sana, membuat orang-orang yang ada di depan pintu berusaha berpikir bagaimana agar bisa menerobos.

°°°

Setengah jam Varon berdiri di depan pintu kamar Annette. Yang lainnya sudah pergi, mereka berpikir agar Annette menenangkan dirinya sendiri dulu tanpa harus memaksa wanita itu agar membuka pintu kamar.

Sedangkan di ruang tengah, Sangga merengek agar ditemani bermain di taman belakang oleh Varon. Membuat Hashi yang sejak tadi menenangkan perlahan bangkit mendekat pada ayah anak itu.

"Nak, temani lah dia bermain, lagipula selama apapun kau berdiri disini, Annette belum pasti keluar" Varon menatap sang anak yang matanya telah sembab karena terus menangis. Dengan senyum kecil, pria itu mengulurkan kedua tangannya ke arah Sangga dam memeluknya sayang.

"Maafkan ayah" bisiknya.

"Dia ingin berenang. Sekarang masih jam sembilan, pergilah temani dulu" Varon mengangguk kemudian berlalu pergi ke arah kamar mereka.

"Sangga ingin baju ini atau ini?" Varon mengangkat dua baju renang di tangannya.

"Yang ini" Ayahnya tersenyum karena memang sejak awal Varon ingin anaknya itu memakai baju berwarna hitam pilihannya.

"Sudah siap?" Sangga mengangguk.

"Tunggu disini, ayah akan kembali" Varon pergi sebentar, mengambil pelampung berbentuk bebek yang sudah di berikan Alika untuknya tadi.

"Sangga pakai ini, oke?"

"Iya"

Selesai dengan itu, Varon lebih dulu masuk ke dalam air "Kemari" titahnya pada Sangga.

"Itu dalam ayah" Raut wajah anak itu berubah, melihat air sampai di dada ayahnya membuatnya sedikit takut.

"Tidak apa, kau juga sudah memakai ini" Varon menunjuk pelampung yang Sangga pakai.

"Ayo" Akhirnya Sangga mendekat. Sedikit melompat kearah Varon yang langsung di tangkap oleh pria itu.

"Ingin ke tengah?" Sangga tersenyum dan mengangguk.

"Sekarang cobalah untuk bergerak tanpa ayah pegang"

"Ayah!"

Varon tergelak melihat bagaimana paniknya Sangga saat dirinya melepaskan tangan dari tubuh mungil itu.

"Tidak apa, kau tidak akan tenggelam" Varon meyakinkan

"Sekarang, berenang lah"

Meski masih agak takut, Sangga mulai mengikuti setiap perkataan Varon. Menggerakkan tangannya cepat meski hasilnya ia hanya berputar di tempat saja.

Varon menatap dari sisi kolam. Tersenyum tipis melihat Sangga yang tertawa di depannya. Matanya kemudian beralih pada setiap sudut halaman belakang rumah orang tua Annette. Disini dirinya masih baru, tapi entah mengapa ia merasa sudah dekat dengan keluarga ini. Orang tua Annette memperlakukannya baik meski masih sedikit canggung,berbeda dengan Alika yang selalu mengajaknya berbicara, memberi masukan bagaimana agar bisa mendekati Annette pelan-pelan.

"Ayah" Varon menoleh

"Sudah selesai?"

Sangga hanya diam "Kenapa?" Tanya Varon. Pria itu mendekat pada anaknya.

"Kakiku tidak bisa di gerakkan ayah" Bocah itu mulai menangis, membuat Varon buru-buru mendekat. Dengan segera anak itu memeluk Varon. Mulutnya terus meracau karena kakinya.

"Kaki yang mana?" Sangga menunjuk kaki kirinya.

"Gerakkan pelan-pelan, bisa?"

"Sakit" isaknya

Varon menyentuhnya pelan, mengelusny dan sesekali mengajak sang anka berbicara untuk mengalihkan rasa sakit.

"Masih sakit?"

Sangga mulai menggerakkan kakinya "Tidak lagi"

"Mau lanjut berenang?"

Sangga menggeleng. Matanya menatap takut ke arah atas membuat Varon mengalihkan tatapannya juga.

Di balkon kamar tepat di atas mereka, Annette berdiri dengan wajah datarnya sambil menatap tidak minat pada mereka.
Diam-diam hati Varon mengucap syukur, ternyata wanita itu baik-baik saja.

"Varon" suara Hashi menarik perhatian mereka dari Annette.

"Sudah selesai berenang nya?" Sangga mengangguk, lantas berdiri cepat kearah sang nenek.

"Aku ingin ganti baju nenek"

"Baiklah. Setelah itu makan"

Baru satu hari tinggal bersama, nenek dan cucu itu terlihat sudah sangat akrab. Sangga yang awalnya sangat pemalu menjadi banyak bicara saat bersama Hashi. Varon tersenyum menyadarinya.

Pria itu kembali menatap keatas. Ternyata Annette masih disana tapi sudah merubah posisinya menjadi duduk menatap lurus ke depan. Dirinya menatap lama wanita itu, namun saat menyadari ada asap yang mengepul dari bibir Annette, ia terpaku.

"Annette perokok?"

°°°

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang