Annette menatap wajah Varon yang begitu tenang saat tidur. Tadi selesai mereka bicara, pria itu menyandarkan kepalanya lagi di bahunya. Berbisik jika ia kembali pusing dan dengan sigap membawanya ke dalam kamar.
Lima menit yang lalu dokter yang ia hubungi sudah pulang. Katanya Varon hanya kelelahan, di tambah telat makan membuatnya sampai jatuh sakit.
"Jangan sakit lagi" Bisiknya sambil mengelus tangan suaminya.
Ia memutuskan untuk mandi lebih dulu dan setelah itu akan turun membuat makan malam. Tadi Vanya mengirim pesan meminta izin untuk Sangga menginap. Di awal dirinya berniat tidak mengizinkan tapi akhirnya membiarkan saja. Berpikir ingin fokus pada Varon dulu sekarang.
"Anne"
"Iya" Sedikit tubuhnya tersentak. Ponsel di genggamannya hampir lepas jika tidak buru-buru ia genggam erat.
"Sini" Varon tertawa kecil karena wanita itu hanya diam menatapnya. Ia sadar kecanggungan pasti masih terasa disini.
"Aku ingin mandi" Ujar Annette kaku.
"Ah— baiklah"
Annette menunduk tak enak hati. Tak mau menghancurkan suasana, wanita itu mendekat ke ranjang.
"Kau butuh sesuatu?"
Varon kembali membuka mata "Tidak. Hanya ingin bicara sebentar"
Annette berniat duduk tapi Varon menahannya "Mandi lah dulu. Tak apa, aku akan menunggu"
Annette menatapnya aneh tapi akhirnya menurut juga.
Hampir sepuluh menit membersihkan diri, wanita itu keluar. Tapi kemudian wajahnya mengerut ter heran karena presensi Varon tidak ada di ranjang.
"Sudah?"
"Astaga!"
Tirai balkon yang tersingkap dan tampilan wajah Varon sukses membuatnya berteriak, matanya sampai tertutup. Sambil berusaha mengatur nafas, usapan pelan ia rasakan di punggungnya.
"Maaf"
"Kenapa selalu tiba-tiba bersuara, sih?! Aku kaget" Annette kesal. Sudah dua kali malam ini ia tersentak, dan tadi itu hampir saja membuatnya terbentur.
Varon lagi-lagi tertawa "Iya iya maafkan aku" Di peluknya tubuh kecil itu sambil diam-diam merutuk karena lupa kelemahan Annette.
"Sudah makan?"
"Belum"
Annette menjauhkan wajah "Belum?" Ulangnya.
Varon mengangguk kemudian dengan tiba-tiba memberi kecupan di pipi kiri wanitanya. Annette jelas membeku, tangannya perlahan mengepal. Varon yang sadar akan hal tersebut langsung membawa tangannya merangkul bahu sang istri.
"Jangan tahan nafasmu, Annette. Maafkan aku" Bisiknya berusaha menenangkan. Betapa bodohnya ia sampai lupa dengan satu hal ini.
Berhasil menguasai tubuhnya, Annette langsung memberi pukulan pada lengan Varon. "Lepas! Kau harus makan malam" Dengan alibinya langsung saja wanita itu berbalik keluar. Sebenarnya ia masih sedikit gemetar namun berusaha ia redam agar Varon tak khawatir.
°°°
"Dimana Sangga?"
"Di rumah Vanya lagi, menginap. Heran, terlalu senang dengan wanita hamil itu" Gerutu Annette.
Saat ini mereka berdua berada di belakang rumah. Varon yang mengajak. Awalnya tentu saja Annette tidak setuju, tapi pria itu bersikeras alhasil kesal sendiri karena di beri dua jaket sekaligus agar tidak kedinginan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
RomansaRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...