27

3K 183 27
                                    

Dua hari yang lalu Sangga telah sadar namun sampai saat ini belum mau berbicara sedikit pun. Anak itu terus diam mengabaikan Annette meski matanya menatap ibunya dengan tenang. Kejang yang ia alami saat itu adalah efek dari demam yang ternyata menyerangnya dalam keadaan tak sadar dan dokter mengatakan itu tidak berdampak buruk untuk kedepannya.

Malam ini hanya ia dan Annette di dalam ruangan. Jangan tanyakan dimana Varon, pria itu tidak muncul lagi setelah hari dimana membuat istrinya kembali menangis .

Annette tengah mengelus lengan Sangga pelan. Ia sudah mengantuk namun enggan terpejam karena menunggu Sangga tidur lebih dulu. Hingga sampai tiba-tiba suara anak itu menguar, rasa kantuknya hilang.

"Ayah?" Kata pertama dari bibir mungil Sangga membuat Annette tersenyum senang sekaligus sedih. Anaknya mencari ayahnya, bukan dirinya.

Dua hari ini dirinya memang tidak menangis lagi namun hal tersebut berdampak pada hatinya yang semakin menganga, berdarah dan hampir berkeping sebab memikirkan fakta bahwa lelaki itu menikahinya karena sesuatu yang belum ia tahu. Di tambah perasaan Sangga yang masih buram untuknya, membuat rasa sedihnya bertambah.

"Ibu tidak tahu ayah dimana. Sangga mau makan?" Sangga tak bersuara lagi membuat Annette mengerti jika anak ini benar-benar tak nyaman saat berdua dengannya. Dengan hati-hati ia meletakkan kembali makanan sambil menghela pasrah.

"Sangga tidak suka ibu disini? Sangga mau ayah?" Sangga menggeleng mengundang rasa heran pada diri Annette. Saat ia hendak berbicara lagi, tangan kecil Sangga tiba-tiba terangkat dan terbuka di depannya, Annette tertegun.

"Peluk" pinta anak itu dengan suara pelannya sambil memiringkan tubuh ke arah sang ibu. Lama Annette diam di tempat, membuat tangan itu perlahan kembali turun karena berpikir terlalu lancang meminta hal tersebut. Namun belum benar-benar sampai di sisi tubuhnya, Sangga seketika terenyuh kala wanita yang sejak tadi diam itu akhirnya  memeluk tubuhnya dengan erat. Menggumamkan beribu kata maaf dengan suara seraknya.

Tepukan pelan di punggungnya memecah tangis Annette. Rasa sakitnya meluap, semua yang membebaninya terkait Sangga perlahan hilang menyisakan luka baru yang Varon tinggalkan kemarin.

"Maafkan ibu jika menyakitimu selama ini. Maafkan juga tak pernah mau memperhatikanmu, maaf. Ibu menyesal nak" Nafas Annette tersendat di ceruk leher Sangga.

"Sangga anak baik seharusnya tidak memiliki ibu seperti ini. Seharusnya Sangga membenci ibu, bukan meminta pelukan begini" Dengan pelan Annette menepuk lengan kecil itu, sedikit kesal karena tak ada sedikitpun amarah pada diri yang tengah ia dekap.

"Sangga sayang ibu, walaupun sering di marahi tak apa" Balas Sangga pelan.

Tangis Annette semakin menjadi sekarang. Terserah jika orang di luar sana mendengar, ia tak peduli.

"Jangan menangis"

Annette mengangguk cepat "Sangga juga jangan menangis hm?" Ucapnya dengan nada sedikit bercanda.

"I love you"

Kecupan singkat menyapa bahunya yang bergetar.  Annette  tenggelam dalam rasa haru.

Tolong selalu bawa dia di dalam hembus nafasku, aku menyanyaginya lebih dari orang-orang ketahui.

°°°

Lain halnya dengan keharuan yang terjadi di rumah sakit, malam ini Varon bahagia karena semua sikap yang selama ini ia sembunyikan dengan perasaan muak akhirnya tersampaikan dengan baik.

Dua bulan ini ia berhasil menggunakan topeng dengan baik, menghanyutkan Annette dengan sikap lembutnya sungguh suatu kesenangan. Sebenarnya rencana ini sedikit di luar skenario, awalnya ia tak perlu menikahi wanita bodoh itu, tinggal ambil saja Sangga dan semuanya selesai. Namun setelah berfikir jika sedikit bermain-main bukanlah hal yang buruk, akhirnya ia menjalaninya. Untung rencana ini di dukung oleh kekasihnya juga, yang saat itu tertekan karena hubungan mereka di tentang oleh Riri.


"Dia pasti terkejut karena pengakuan mu"

Varon mengangguk angkuh.

"Kau tahu, selama ini dia masih menyukaiku" Wanita di samping Varon tersenyum licik.

"Aku pernah mendapati buku diary nya di dalam laci kamar. Membacanya sangat membuatku mual"

Tawa mereka menguar keras. Ini pertemuan mereka setelah satu hari kemarin sempat berpisah karena wanita kesayangannya ini ada tugas di luar kota. Membuat Varon tak ingin jauh-jauh bahkan melepas peluk dari pinggang rampingnya.

"Puas rasanya mengerjai si jelek itu. Saat nanti ia tahu aku memiliki kekasih yang cantik ini, ku pastikan saat itu juga akan menceraikannya, terserah apa pendapat keluarga kami, aku tek peduli"

"Kau takkan menyesal nantinya kan?"

Varon menoleh cepat "Untuk apa menyesal, aku tak pernah menaruh perasaan padanya"

Senyum kemenangan terlukis di bibir penuh Felin, mengundang ranum Varon untuk mengecupnya sebelum akhirnya memeluk tubuh itu semakin erat.

°°°

"Tidak bisa tidur?" Sangga mengangguk pelan membuat Annette gemas.

"Besok kita pulang dan harusnya Sangga tidur cepat. Apa yang harus ibu lakukan agar kau mengantuk, hm?"

Mendengar suara lembut di depannya, hati Sangga berdesir hangat. Entah kemana perginya semua rasa takut dan sedih yang selama ini menunggui dadanya.

"Mau keluar"

"Hm? Sangga ingin keluar?"

"Iya"

Annette menghela nafasnya "Tapi diluar dingin sayang, angin malam tidak bagus untukmu. Kau mau alergi dinginnya muncul lagi?" Sangga menggeleng cepat, lupa fakta tersebut.

"Ya sudah, peluk dan tepuk-tepuk saja sampai tidur"

"Oke, anything for you" Annette semakin mendekatkan tubuhnya, membungkus tubuh kecil di depannya dengan kehangatan. Sesekali suaranya mengalun pelan, menyanyikan pengantar tidur.

"Ayah tidak akan datang?"

Lagi-lagi Annette menghela "Mungkin besok ayah datang"

Rasa kantuk akhirnya membawa Sangga terlelap. Menyisakan Annette yang masih berusaha mengenyahkan pikiran tentang wajah Varon yang saat itu terlihat begitu puas setelah menariknya ke dalam rasa sakit yang baru.

"bagaiman jika aku memperlihatkannya satu persatu?"

Tiba-tiba kalimat itu teringat membuat dirinya sadar masih ada sakit yang lain yang akan menyambutnya. Haruskah ia pergi? Haruskan ia mengabaikan kata-kata Varon agar hatinya selamat?

Ya! Itu jalan terbaik saat ini. Pergi sejauh-jauhnya bersama Sangga guna menyelamatkan hati dan logika dari jeratan kuat Varon. Tapi sebelum itu, ia akan menjelaskan ini pada keluarganya dan mengurus gugatan cerai untuk pria tersebut.

"Sekalipun pernikahan ini dulunya sangat aku harapkan, sekarang tidak. Tidak ada lagi yang bisa di pertahankan, sebab hatinya tidak akan bisa menjadi milikku. Dia tidak mencintaiku"

°°°

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang