Annete dan Riri terbelalak kaget saat orang yang di dorong ternyata Vanya, dan pelaku yang saat ini diliputi amarah adalah mertua wanita itu sendiri.
"Apa yang kau lakukan?! Dia sedang hamil!" Riri menatap Fika murka.
Annette buru-buru menarik lengan Vanya pelan "Kau tak apa?" Tanyanya pelan, Vanya menggeleng tapi air mata menjelaskan bagaimana sakitnya.
"Apa masalahmu, kenapa kau mendorongnya!" Riri mulai di liputi emosi "Apa tidak cukup selama ini kau menghinanya? Apa sekarang ingin mencoba mencelakainya dan anaknya juga? Kapan kau akan berubah? Dia menantumu dan bahkan kau sendiri yang merestuinya untuk menikah dengan Dava!" Sambung Riri.
Fika menatap datar "Dia mencuri ponsel dan gelang yang tadi aku lupa menaruh nya di atas wastafel dapur"
"Ada buktinya?"
Fika kontan diam
"Aku bertanya, apa kau punya buktinya?" Riri jika tidak memikirkan tentang nama keluarga mungkin sudah sejak tadi ia melayangkan tamparan untuk wanita angkuh di depannya itu
"Dia melihatnya" Tiba-tiba Fika menunjuk seorang perempuan yang kini berdiri di belakangnya bersama keluarga yang lain. Sekretaris Dava.
"Bisa ceritakan bagaimana dia mengambilnya?" Riri beralih pada perempuan itu, sedikit melihat tak suka sebab gadis tersebut datang tanpa di undang.
"Aku melihat dia mengambilnya dengan tergesa-gesa saat aku masuk ke dapur"
Vanya menggeleng membuat Annette menoleh padanya "Katakan sesuatu jika itu tidak benar" Ucap Annette pelan namun terkesan menekan tapi tidak di indahkan oleh Vanya, malah wanita hamil itu terus saja menangis membuatnya jengah. Memilih diam tak mau ikut campur lebih dalam, Annette akhirnya beralih menatap sinis dua perempuan yang ada di depan mereka.
"Dan kau berpikir dia mencurinya, begitu?" Riri kembali bersuara. Wanita yang ia tanya mengangguk pasri tapi justru di sambut tawa olehnya.
"Bisa saja ia akan mengembalikannya, kan? Kenapa langsung berasumsi seperti itu? Apa kau sadar sedang membuat hubungan keluarga menjadi jelek?"
"Tidak mungkin dia berkata bohong. Aku memang sudah curiga pada perempuan kampung ini sejak aku mencari dimana ponsel dan gelangku tadi" Ujar Fika masih kekeh menyalahkan Vanya.
"Kau terlalu mempercayai orang lain" Riri tak habis pikir, maka tanpa melanjutkan perdebatan mereka, wanita itu membawa Vanya masuk dan memutuskan untuk menemaninya di kamar.
"Maafkan mertuamu sayang" Dengan pelan Riri mengusap kepala Vanya, membuat wanita yang sejak tadi masih diam itu kembali mengeluarkan air mata.
"Aku tidak berniat mengambilkannya" ucapnya lirih.
°°°
Makan malam sudah di mulai lima menit yang lalu tapi Vanya masih tetap di dalam kamar, nampaknya ia tidak baik-baik saja membuat Annette sedikit khawatir.
"Bibi bisa ambilkan yang itu?" Sangga memanggilnya pelan.
"Yang mana?"
"Itu" Annette mengambilkannya
"Terimakasih"
Annette mengangguk.
"Bibi?" Cella di samping Annette mengerut heran "Sangga memanggil kak Annette bibi?"
Annette gelagapan "Ah— Sangga" Panggilnya lembut, sang anak menoleh "Ini ibu sayang, bukan bibi" jelasnya pelan berharap anak ini mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
عشوائيRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...