35

4.5K 232 22
                                    

"Bajingan!"

Varon terdorong kuat saat Bimo sang ayah memberikan satu pukulan telak di pipinya. Baru saja ia ingin bangkit, kerahnya di tarik paksa disusul dengan bogeman mentah lagi di pipi yang sama. Matanya menatap sendu mata yang penuh amarah di depannya itu.

"Kenapa tidak sekalian saja kau bunuh istrimu itu?!"

Varon tertegun. Dadanya seperti di pukul keras saat kalimat itu di teriakan tepat di depan wajahnya.

"Aku tidak segila itu ayah" Lirihnya

"Kau gila nak! Kau lebih gila dari orang gila!" Bimo semakin mencengkram kerahnya

"Apa kau pikir bersikap seperti bajingan kemarin itu tidak akan membunuhnya? Tanpa sadar kau menginginkan itu!"

Tanpa rasa iba Bimo menghempaskan kerah Varon yang membuat anaknya itu limbung menabrak meja di belakangnya.

"Sudah berapa kali kau berlaku kasar padanya?!"

Varon diam. Bibirnya kelu kala ingatan tentang semua sikapnya pada Annette ini berputar bebas di kepala.

"Jawab! Saat kasar pada istrimu kau pasti selalu membentaknya, kenapa sekarang kau diam?!" Bimo benar-benar gelap mata. Pria baya itu terlampau malu pada keluarga Annette.

"Berapa kali Varon?!"

Muak tidak ada jawaban, dengan kasar pria setengah baya itu kembali menarik Varon dan menghempaskannya sampai berlutut di depan Hashi dan Pram.

"Lihat mertuamu! Kau tidak malu? Mereka mempercayakan anaknya padamu, pada keluarga kita! Tapi apa yang kau lakukan?!"

Varon luruh bersama tangisnya. Matanya terpejam erat, malu menatap wajah orang tua istrinya. Masih teringat jelas saat Hashi membelanya dan menampar Annette saat di rumah sakit waktu itu, membuat rasa bersalah semakin menyeruak pada Annette.

"Maafkan aku" Lirihnya hampir berbisik.

"Aku menyakitinya, aku membuatnya menangis, aku kasar padanya. Tidak pernah sekalipun dia bahagia saat bersamaku. Tolong maafkan aku" Varon mendongak. Tangannya ingin meraih tangan Hashi dan Pram namun dua orang itu kompak menjauhkan.

"Ayah"

"Kau berhasil membodohi kami, nak"

"Kau sukses membuat putriku menderita. Kalau sejak awal tidak menyukainya seharusnya tidak perlu berpura-pura sampai datang memintanya untuk kau nikahi. Ambillah Sangga jika anak itu yang kau inginkan, bawa di bersamamu dan biarkan Annette bersama kami. Anak ku lebih baik terluka karena di tinggalkan anaknya daripada terluka karena masalalu untuk yang kedua kalinya"

Hashi mengalihkan tatapan. Menantu yang pernah ia bela di depan Annette ternyata menjadi penyebab putrinya itu menderita. Rasa bersalah ikut menyerbu relungnya.

"Apa yang membuatmu membenci anakku?" Suara Pram kembali terdengar

Varon menggeleng "Aku tidak pernah membencinya ayah" ucapnya lirih

"Lalu apa alasannya, nak?" Pram menatap sendu Varon. Sungguh ia sebagai seorang ayah yang begitu memanjakan anaknya sangat terpukul dengan fakta-fakta ini.

"Jawab!" Lagi-lagi Bimo tersulut melihat putranya hanya diam.

Baru saja Varon akan membuka mulut, kata-kata Hashi menghentikannya dan membuat semua yang ada di ruangan itu diam.

"Ceraikan Annette"

Varon menatap mertuanya itu dengan wajah basah. Tangannya meraih kaki Hashi dengan gemetar.

"Tidak! Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Aku bisa mengatasi ini semua, kami tidak menginginkan hal itu. Kami tidak—" Varon hendak berdiri sambil masih menggenggam tangan Hashi, namun tamparan keras berhasil menghentikannya.

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang