Berhasil mendapatkan izin dari Dava setelah dua hari terus membujuknya, kini Annette dan Vanya tengah memindahkan barang-barang mereka ke dalam bagasi. Senyum bahagia terus Vanya ukir di wajahnya, impian akhirnya terwujud.
"Sudah?"
Wanita hamil itu mengangguk kemudian mereka masuk mobil.
"Pasti akan sangat seru jika kita bercerita sampai pagi"
"Buang angan-anganmu Vanya, kau pikir siapa yang akan di marahi Dava jika kau sampai melakukannya?"
Vanya terkekeh kecil "Aku lupa perjanjian kalian"
Annette memutar mata malas lalu beralih pada presensi yang hanya diam di kursi belakang.
"Sangga ingin membeli sesuatu?"
"Marshmellow"
Annette mengangguk lantas menghentikan mobil di depan minimarket.
"Kau?"
Vanya berfikir sejenak "Mm.. cokelat"
"Oke tunggu disini, aku tidak akan lama"
Langkah Annette begitu ringan memasuki minimarket tersebut. Mengambil makanan dan barang yang mungkin akan mereka butuhkan, wanita itu hanya memerlukan waktu lima menit.
"Sepertinya akan hujan, ah tapi tidak mungkin" Vanya menggeleng menjawab opininya sendiri.
Annette menatap heran padanya "Haruskah kita pulang?"
"Tidak akan hujan! Awas jika kau berani pulang"
Lawan bicara mendengus geli. Inilah sikap baru Vanya, semenjak hamil wanita itu jadi cerewet berbanding terbalik seperti saat di panti dulu.
"Ingat sedang hamil, jangan sering marah-marah "
"Aku tidak, kau saja yang merasa aku begitu"
"Dasar gendut"
Baru saja Annette akan tertawa karena ucapannya sendiri, pukulan pada lengan kirinya sukses menerbitkan teriak kesakitan dari belah bibirnya.
"Vanya!"
°°°
Bukit kecil yang sedikit jauh dari pusat kota, menjadi pilihan mereka. Tapi memang dari awal Vanya sudah merekomendasikan, mengabaikan kemauan Annette yang padahal ingin mereka di tempat lain.
"Yakin kau tidak takut berada disini? Ini terlalu sunyi untuk kita bertiga. Ku pikir akan ada orang lain" Annette mengedarkan pandangan
"Tidak takut sama sekali. Memang bukit ini belum banyak yang tahu. Dava yang bilang"
Annette mengangguk. Saat ini senja hampir di gantikan malam membuat udara dingin mulai terasa.
"Sangga pakai syal nya, kau juga" Vanya menyambut uluran syal dari Annette sedangkan Sangga mendekat meminta di pakaikan.
"Sudah musim dingin tapi kita nekat kesini"
Vanya menatap khawatir dua orang di depannya itu, baru teringat jika mereka memiliki alergi.
"Ah... aku lupa alergi kalian. Haruskah kita pulang saja?" Tanyanya sendu.
"Tak apa. Yakinlah tidak akan ada yang terjadi. Lagipula aku tidak mau menyetir lagi, kau pikir jalan kesini dekat, huh?!"
Melihat Vanya yang masih menekuk sedih, Annette dengan cepat bangkit.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
RomanceRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...