Waktu hampir menunjukkan pukul lima pagi kala Annette tersentak bangun dengan posisi duduk. Matanya masih sangat sembab membuatnya sedikit kesulitan saat melirik sekitar. Masih di rumah sakit ternyata. Perlahan ia bangkit, berniat membasuh wajah di toilet.
Merasa sedikit segar, Annette kembali duduk. Ia baru sadar saat ini hanya dirinya, Vanya dan Dava yang menjaga Sangga. Sebenarnya Riri dan Hashi juga menawarkan diri namun ia memberi keyakinan jika mereka bertiga bisa melakukannya.
Di sampingnya Vanya terlelap di bahu Dava masih dengan mata sembab nya juga, membuat senyum tipisnya mengembang. Betapa setianya wanita itu menemani Sangga.
Melirik jam, Annette memutuskan untuk ke depan jendela ruangan Safa dan Sangga sebentar. Berharap dari sana ia bisa melihat keadaan dua orang itu sebentar.
Langkahnya begitu pelan, mengimbangi deru nafas yang lagi-lagi terasa sesak membuatnya menghela pelan. Hatinya semakin terasa sakit kala ingatan tentang kondisi gadis itu terngiang bebas.
Suasana begitu dingin. Annette mengeratkan coatnya sambil berusaha melihat ke dalam walaupun sia-sia. Kaca jendela begitu tebal memisahkan ruang di antara mereka.
Annette ingin menangis lagi. Ia rindu mendengar tawa riang Safa. Baru saja kemarin mereka bersama-sama, tapi sekarang keadaan sangat berubah 180 derajat. Dengan pelan ia mundur menuju bangku di belakangnya. Dibalik rasa sesaknya sekarang, ada satu titik kelegaan yang dirinya rasa. Beberapa jam lalu donor darah untuk Safa telah berhasil di lakukan dan kondisinya juga sudah sedikit membaik walaupun belum tahu kapan ia akan sadar.
Lima belas menit diam di depan ruangan itu, suhu dingin semakin terasa menusuk membuatnya bangkit lalu kembali ke Vanya dan Dava.
"Dari mana?"
Annette dibuat tersentak oleh Vanya yang kini sudah duduk bersama Dava.
Annette melirik Dava sebentar "Dari ruangan Safa"
Vanya menggeleng menatap wajah lelah wanita itu "Udara sangat dingin Anne, pakai syalmu. Apa kau tidak peduli pada dirimu? Lagipula jam besuk tidak berlaku sekarang"
"Aku tahu"
"Kalau tahu se——"
"Aku hanya merindukan dia, Vanya"
Sanggah Annette sebelum Vanya selesai berbicara. Tatapannya terkesan datar membuat wanita hamil itu diam.Entah apa yang Annette rasakan, bisa Vanya lihat nafas wanita itu memburu pelan saat melihat Dava.
"Anne" Panggilnya tapi Annette tetap bergeming.
Vanya bengkit kala wanita itu tiba-tiba terlihat menutup matanya kuat, tangannya juga meremas coat meliknya.
"Annette" Mengerti apa yang terjadi, pelan-pelan Vanya mengelus lengan wanita itu. Sesekali pula berbisik agar Annette mengatur nafasnya.
"Kenapa dia ada disini?!" Tiba-tiba Annette menunjuk Dava yang akan berdiri mendekati mereka.
Vanya mengerut "Dia menemani kita Anne"
"Aku tidak mau ada dia disini! Dia brengsek, dia pasti ingin mencelakai Sangga dan Safa lagi!"
Rupanya Dava yang sejak tadi ada di sana itu dilihatnya sebagai Varon. Tapi Vanya belum sadar akan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION
Любовные романыRasa sakit yang terus menyapa, membuat Annette hampir kehilangan kewarasan. Masa lalu kelam yang terus terbayang, menjadi penyebab utama dirinya membenci orang yang dulu begitu ia cintai. "Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi walaupun kau berada l...