~~~
Setelah insiden pertengkaran serta pemanggilan wali kemarin, Flo pun akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya, sebagai wakil ketua OSIS. Meskipun sekarang situasinya aman-aman saja, tapi Flo tidak ingin merusak citra OSIS karena ulahnya. Bahkan awalnya keputusan Flo yang mendadak sempat ditentang oleh Rey, ketua OSIS. Serta teman-teman satu organisasinya, namun Flo sendiri sudah bulat dengan keputusannya.
Jangan lupakan juga, bahwa Laskar menjadi orang terdepan yang mendukung keputusan Flo. Karena dengan begitu, Flo pasti tidak akan lagi terganggu oleh urusan maupun kegiatan OSIS yang menurutnya sangatlah membuang waktu.
Dan kini, mereka sedang berada di rooftop. Menikmati semilir angin yang menerpa rambut serta wajahnya. Adanya jam kosong, membuat Naresh menggiring para sahabatnya kemari. Masalah ketahuan oleh BK, biarlah itu menjadi urusannya nanti. Toh, di kelas pun tidak ada kegiatan yang berarti.
"Udah beres semuanya?" Tanya Ethan yang terlihat sedang mengunyah permen karet.
Flo sekilas mengangguk. "Udah bilang ke pembina OSIS. Tinggal nyeleksi buat cari pengganti."
"Bravo! Keputusan yang tepat, sayang." Kekeh Laskar masih berseri-seri. "Kalo masih ada yang berani ngomong macem-macem, bilang sama gue."
Flo hanya tersenyum tipis, lalu memejamkan matanya. Semilir angin saat ini, justru lambat-laun membuat matanya terasa berat. Tidak mengherankan lagi memang, Laskar adalah orang yang paling sering menghasutnya untuk keluar dari OSIS. Padahal, sampai sekarang saja Flo masih belum menemukan alasan yang tepat, kira-kira apa yang salah dengan organisasi itu?
"Btw, gimana sama pengusaha itu? Dia ga macem-macem kan, sama lo?"
"Dia punya nama, Gavin." Gemas Flo pada sahabatnya yang mendadak ceplas-ceplos itu. "Dan, dia sama sekali ga macem-macem. Jangan nethink!"
"Lo emang udah se-akrab itu ya, sama dia?" Kali ini suara Naresh yang terdengar.
"Biasa aja, ga akrab-akrab banget perasaan."
"Mana ada, pas di kantin aja lo sampe narik tangan dia!" Singgung Ethan ikut-ikutan.
Flo membuka matanya dengan sempurna. Menatap ke-empat lelaki yang rupanya sedang balas menatapnya juga. "Emang ada yang salah?"
"Dulu, pas kita belum akrab, bahkan belum kenal pun, gue pernah narik tangan Naresh. Inget?" Lanjut Flo menyindir.
Jika sedang cemburu, ya begitulah mereka. Mendadak mengutarakan ketidaksukaannya dengan jujur. Bukannya apa-apa, selama ini Flo sendiri memang terbilang terbiasa bergantung pada mereka berempat. Dan, ke-empat lelaki itu pun sudah sangat terbiasa, melainkan merasa senang apabila bisa diandalkan, khususnya untuk Flo. Jadi, perasaan kesal itu pasti saja ada apabila ada seseorang yang menggantikan posisi mereka.
Kalian sudah bisa menebaknya, bahwa orang yang sedang mereka waspadai saat ini adalah Denzel. Tidak ada angin, serta tidak ada hujan, datang untuk menjadi wali Flo? Apa-apaan itu, Brother?!
"Udah ya, intinya kemarin itu Om Denzel murni mau bantuin gue. Toh, dia juga sahabat deketnya Bang Zayn." Jelas Flo.
"Tetep aja, harus hati-hati sama orang asing." Ucap Naresh tak mau kalah.
"Iyaa ishhh!" Flo berdecak dengan rasa gemas sekaligus jengkel di saat yang bersamaan. Tangannya bahkan tak segan mencubit lengan Naresh disampingnya.
"Kecil-kecil tenaganya bukan main." Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...