~~~
Denzel mengalihkan perhatiannya saat Ravi masuk ke ruangannya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tanpa mengeluarkan suara pun, Denzel seolah bertanya melalui tatapannya.
Ada apa?
"Diluar ada Tuan Putra dan Nyonya Hera, Tuan."
Hanya dengan mendengar nama tersebut saja, sudah membuat Denzel mengeraskan rahangnya. Mau apa lagi, mereka? Tidak cukup kah, menganggu ketentraman hidupnya selama ini?
"Suruh mereka masuk." Ucap Denzel pada akhirnya.
Ravi mengangguk patuh, sebelum akhirnya pamit undur diri kembali keluar.
Sementara itu, Denzel tersenyum tipis. Sepertinya, sekarang waktu yang tepat juga untuk dirinya menggertak mereka. Jika waktu itu tiba, jangan harap mereka berdua akan mendapatkan kata maaf darinya.
Putra dan Hera, ya dua nama itu adalah Om dan Tante Denzel. Seperti yang kalian tahu, mereka memang licik dan gila harta. Maka kedatangannya kemari pun patut dicurigai, karena pasti mereka menyimpan niat tersembunyi. Denzel harus berhati-hati akan hal itu.
"Sepertinya sekarang kamu semakin sukses, ya? Perusahaan kita harus benar-benar harus bekerjasama untuk meraih keuntungan banyak." Ucap seseorang yang baru saja memasuki ruangannya.
Denzel menyambutnya dengan sebuah senyuman. "Sayang sekali, saya tidak berminat untuk itu."
"Sambutan yang luar biasa, saudaraku."
"Gimana kabar kamu?" Tanya Hera, yang terlihat pandai dalam hal basa-basi.
"Seperti yang anda lihat, saya masih selamat dari orang-orang suruhan kalian." Balas Denzel cukup sarkas. Dia bahkan enggan memanggil mereka dengan sebutan Om dan Tante.
"Jangan besar kepala, Denzel. Mungkin kamu tidak akan selamat, untuk lain waktu."
Denzel mengangguk santai. "Saya menantikan hari itu."
Tatapan keduanya kini tidak bisa berbohong. Saling memancarkan kebencian satu sama lain. Siapa pun yang melihatnya sudah bisa menebak, bahwa diantara mereka tidak dalam hubungan baik.
Denzel menatap tajam sosok Putra. Adik dari almarhum sang Ayah. Denzel sungguh tidak bisa membayangkan jika seandainya dulu ia masuk ke dalam perangkap berbisa Om-nya. Beruntungnya, keserakahan mereka diperlihatkan secara jelas, membuat Denzel sepenuhnya sadar dengan niat busuk mereka.
"Saya masih ada jadwal meeting. Jadi, katakan tanpa basa-basi." Ucap Denzel melirik jadwalnya yang tersusun rapih di layar iPad nya.
Putra tersenyum sinis mendengarnya. "Mari kita buat kesepakatan."
"Perihal?"
"Agar perusahaan kita menjalin kerjasama. Dengan begitu, berbagai keuntungan akan kita dapatkan, karena para investor pasti akan tertarik dengan kontrak ini."
"Dari sekian banyak perusahaan, kenapa harus D'El Corporation? Kalian masih berjuang keras untuk mengambil alih perusahaan ini?"
"Saya tegaskan, keserakahan kalian tidak akan berarti apa-apa. Itu justru akan menjadi boomerang untuk kalian. Saya mengingatkan karena dalam waktu dekat ini, saya pastikan perusahaan kalian akan segera gulung tikar.", Lanjut Denzel tenang, namun tidak dengan tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...