~~~
"Florenza mana, Dad?"
"Di dalem lagi sama Mommy, langsung masuk aja."
Dari dalam, samar-samar Flo bisa menangkap suara tersebut. Raut wajahnya sekarang sudah bisa menjelaskan semuanya, bahwa ia memang sedang cemas, atau mungkin takut?
"Nanti sebelum tidur obatnya jangan lupa diminum lagi, ya?"
"Mom!"
Widya tersenyum hangat, menyambut kedatangan Denzel. Sementara itu, Flo sendiri tampak mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sengaja tidak ingin menatap lelaki yang baru saja memasuki kamarnya.
Berbeda dengan Flo, Denzel justru menatap lekat gadis itu. Benar-benar intens, mengamati segalanya dengan seksama. Seolah tidak boleh ada yang terlewat.
"Kalo gitu Mommy keluar dulu," Ucap Widya. "Sama sekalian tolong diingetin lagi ya, sebelum tidur Flo harus minum obat."
"Iya Mom, itu biar Denzel yang urus."
Widya mengangguk, dan tentunya mengucapkan terima kasih, sebelum benar-benar keluar dari kamar Flo.
Suasana di kamar seketika hening, meninggalkan Flo dan Denzel yang saling terdiam menutup mulutnya masing-masing. Dalam diamnya, Flo tentu saja merasa salah tingkah saat menyadari tatapan Denzel yang terus mengarah padanya. Dan, sebisa mungkin pula dia masih berusaha untuk menghindari kontak mata dengannya.
Denzel menghela napasnya, sangat gemas melihat gerak-gerik yang dilakukan gadisnya ini.
"Princess-"
"Maafin aku, jangan marah, please!" Potong Flo, yang pada akhirnya menyerah lebih dulu. Karena buktinya, sekarang ia berbicara sembari menatap Denzel langsung.
"Apa kamu bilang?"
"Maafin aku, jangan marah!" Ulang Flo lagi.
Denzel sempat terdiam, kembali mengamati wajah cantik Flo yang kini terlihat pucat dan juga sayu. Jika boleh jujur, Denzel benci melihat Flo seperti ini. Dalam keadaan seperti ini, jangankan memarahi, mengomelinya pun Denzel tidak akan tega.
"Kata siapa saya marah?"
Mendengar penuturan Denzel yang teramat lembut, justru membuat kedua mata Flo memanas, berkaca-kaca.
"Engga-engga, ga boleh nangis!"
Kedua tangan Denzel menangkup pipi Flo yang terasa hangat. Diusapnya dengan lembut, menghilangkan jejak air mata yang baru saja menetes disana.
"Maaf Om,"
"Gapapa. Sejujurnya, kita masih punya waktu. Cuma saya emang ga suka kalo liat kamu sakit kaya sekarang, apalagi didasari karena kecapean. Saya beneran ga suka, princess."
Ya, inti dari permintaan maaf dan kecemasan Flo adalah, karena acara pernikahan mereka itu sudah didepan mata. H-3.
Jadi, bisa kalian bayangkan bukan bagaimana kekalutan Flo sekarang? Disatu sisi dia merasa bersalah pada Denzel, karena pada dasarnya kemarin ia cukup ngeyel, hingga berakhir kelelahan seperti sekarang. Lalu, disisi lain, Flo juga takut apabila karena hal ini, acara pernikahannya harus diundur.
Tidak, itu benar-benar tidak boleh terjadi.
Flo tidak ingin mengacaukan semua hal yang sudah mereka berdua persiapkan dari jauh-jauh hari.
Meskipun Mommy nya sempat berkata, hal-hal seperti ini memang bisa saja terjadi apabila menjelang hari pernikahan. Namun, tetap saja, Flo yang notabene-nya sebagai mempelai wanita masih belum bisa menghilangkan kecemasannya, mengenai hari-H nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...