~~~
"
Nggghhh...."
Flo terbangun dengan keadaan memeluk lengan kekar seseorang. Matanya yang masih mengerjap-ngerjap secara perlahan, otomatis berubah menjadi keterkejutan untuknya. Ia pun lantas menoleh ke sampingnya.
Tunggu, Denzel?
Bagaimana bisa?
Dengan keadaan yang masih setengah mengantuk, Flo mencoba berpikir keras, mengingat bagaimana bisa mereka berdua berakhir disini. Dan, bisa-bisanya juga dia terlelap dengan nyenyak disini, di ruangan yang memang bukan kamar tidurnya.
Oh astaga...
Setelah beberapa detik, pada akhirnya Flo pun ingat juga. Jadi, tidak lama setelah acara party makan malam selesai, Denzel memang mengajaknya ke kamar pribadi yang ada di ruangannya. Niatnya, hanya untuk berbincang sembari melihat langit malam. Namun sepertinya, selagi mereka berbincang Flo ketiduran.
Iya, Flo ingat sepenuhnya sekarang.
Sekilas, Flo juga melirik ponselnya yang tergelatak di nakas. Tidak terdengar nada dering sama sekali, maka itu artinya Denzel sudah memberi kabar kepada kedua orang tuanya. Hal sederhana itu pun, tanpa sadar membuat lengkungan manis dibibirnya terlihat.
"Cantik," Gumam Denzel yang ternyata menyadari senyuman tipis Flo.
Flo kembali melebarkan senyumnya, sembari menatap lekat wajah tampan Denzel dari jarak yang bisa dibilang sangat dekat.
"Kenapa kita malah tidur disini?"
"Kamu yang tidur, jadi otomatis saya ngalah." Ralat Denzel terdengar menggemaskan.
"Ngalah apanya?"
Sebelum kembali bersuara, Denzel merapatkan tubuhnya pada tubuh mungil Flo. Rasanya menyenangkan dan menenangkan, bisa memeluk tunangannya dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Saya ga tega, kalo kamu kebangun lagi. Jadi, saya putusin buat tidurin kamu disini."
"Maksudnya, Om sambil modus ya?"
"Kalo modusnya sama kamu, boleh kan?"
Flo menyemburkan tawanya, karena tidak menyangka dengan respon Denzel barusan. Kenapa? Karena biasanya, tunangannya itu lempeng-lempeng saja apabila sedang diusili olehnya.
"Boleh, harus sama aku aja tapi, ga boleh ke yang lain-lain!"
"Saya juga sayangnya sama kamu aja kok," Balas Denzel mengecup lembut puncak kepala Flo.
Astaga, lihat... Sebenarnya umur berapa Denzel ini? Kenapa menggemaskan sekali?
"Ehh, ini jam berapa Om?"
"Jam setengah sepuluh. Kamu ada kelas hari ini, princess?"
Perubahan raut wajah yang ditunjukkan Flo, otomatis menarik perhatian Denzel. Tangannya yang sebelumnya melingkari pinggang Flo, kini berpindah mengusap lembut pipinya.
"Kenapa, hmm?" Tanya Denzel lagi.
"Maluuuu,"
"Maksud kamu?"
Flo kembali merengek, sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh kekar Denzel. "Sekarang udah masuk jam kerja, kalo karyawan di kantor Om Denzel mikir yang engga-engga tentang kita, gimana? Pasti abis itu, mereka makin semangat buat jelek-jelekin aku lagi,"
"Siapa yang jelek-jelekin kamu, princess?" Potong Denzel menaikkan sebelah alisnya.
"Huh?"
Ucapan panjang lebar Flo pun otomatis terhenti. Sayangnya, barusan dia memang keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...