~~~
Denzel mendengarkan dengan baik mengenai info terbaru dari perkembangan kasus Om dan Tantenya. Saat ini pihak berwajib sudah menyelesaikan tiga tahapan yang memang menjadi prosedur hukum. Di antararanya, tahapan pemeriksaan perkara pidana yaitu, tahap penyidikan, tahap penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan yang dikenal dengan Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice System).
Setelah semua bukti lengkap yang berhasil dikantongi Denzel, pihak pengadilan pun menjatuhi hukuman seumur hidup. Karena dari kasus yang ada, justru semakin merambat ke kasus kriminal lainnya, yang juga ternyata dilakukan atas dasar kesengajaan oleh Putra, Om nya Denzel.
Terbukti, Putra sampai beberapa kali melakukan pembunuhan berencana pada Denzel, dan juga anak buahnya. Belum lagi tuntutan dari para perusahaan yang merasa dirugikan oleh Putra atas kasus penipuan dan penggelapan dana, itu dia yang memberatkan hukumannya saat ini.
"Baguslah, setidaknya sekarang saya puas dengan konsekuensi dari perbuatan mereka. Dan, saya harus akui juga, kinerja dari para penegak hukum yang sudah menjalankan tugasnya dengan baik."
"Benar, Tuan. Tidak sia-sia lagi, kesabaran Tuan selama ini membuahkan hasil."
Denzel tersenyum tipis, karena faktanya ia bisa berhasil sejauh ini pun atas bantuan Ravi. "Makasih, kamu benar-benar banyak membantu saya."
"Sudah menjadi tugas utama saya, Tuan." Balasnya sopan.
"Dan, untuk persidangan kemarin, para tersangka sempat membuat keributan karena masih tidak terima dengan tuntutan dan barang bukti yang ada." Lanjut Ravi memberitahu.
Kemarin, Ravi memang mengawasi jalannya sidang akhir dari kasus Putra dan Hera. Denzel? Dia sendiri sudah muak berurusan dengan mereka. Selain itu, kemarin Denzel memang disibukkan dengan pekerjaannya.
"Bahkan suasana sempat kurang kondusif, pas Nyonya Hera semakin berontak. Dari yang saya lihat, sepertinya beliau depresi berat. Belum lagi saat ini dia harus menjalani rehabilitasi terlebih dulu, atas kasus penyalahgunaan narkoba, Tuan."
"Selain itu?"
"Selebihnya, masalah Tuan Putra, selama persidangan berlangsung, beliau tidak banyak bicara. Dia hanya fokus menatap saya penuh kebencian, mungkin?"
"Mungkin, bakal lain lagi ceritanya kalo kemarin saya ada disana." Ucap Denzel ditemani senyum kecilnya. "Setelah ini, tetap pantau mereka, saya ga mau lengah untuk yang ke sekian kalinya. Melihat respon mereka kemarin, saya rasa mereka sama sekali belum menunjukkan perasaan bersalah dan juga penyesalannya."
Ravi mendengarkannya dengan seksama. Satu pemahaman, karena menurutnya, orang-orang jahat itu belum menunjukkan efek jeranya. Masih terlihat jelas mengibarkan bendera perang ke arahnya, yang berarti secara tidak langsung ditujukkan kepada Denzel. Jika sudah begini, jangan harap mereka akan mendapatkan belas kasihan dari siapa pun.
"Kalo ada pihak pengacara dari mereka yang menghubungi kamu, dan masih mencoba buat bernegosiasi, abaikan saja. Buat sekarang, hukuman mereka udah jelas diputuskan, dan saya ga mau berurusan sama mereka dulu." Lanjut Denzel lagi.
"Baik Tuan, saya mengerti."
"Well, jadwal saya hari ini apa aja?"
"Hanya bertemu klien dari Golden Corporation. Selebihnya, kosong Tuan. Kecuali besok, sepertinya Tuan akan sibuk seharian." Jelas Ravi.
"Oke, makasih. Kalo ga ada yang mau dibahas lagi, kamu boleh keluar."
"Ah ya Tuan, saya lupa, tadi pagi ada titipan." Ucap Ravi sembari mengambil barang yang dimaksud, yang sebelumnya sudah ia simpan dimeja tengah ruangan Denzel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
Fiksi PenggemarBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...