~~~
Dengan perasaan yang terbilang harap-harap cemas, Flo memberanikan diri membuka pintu ruangan kerja Zayn, Abang sepupunya. Tanpa memperhatikan sekitar, Flo masuk ditemani wajah memelasnya. Tak lupa, ocehannya pun ikut serta keluar begitu saja dari mulutnya."Bang Zayn, masa aku dikatain anak yang kena dampak pergaulan bebas? Mana nyinyirnya di belakang aku lagi, pengecut banget, kan? Aku doain, semoga besok mulut mereka jadi pindah ke belakang!"
Zayn yang merasa ada yang tidak beres pun mengerutkan keningnya. Menatap Flo dengan seksama. "Tunggu-tunggu, itu pelipis kamu kenapa luka?"
Ah iya. Pasti urusannya akan sedikit rumit karena ia datang kemari dengan pelipisnya yang dibalut plester. Ya, sungguh menyebalkan sebenarnya. Karena sejujurnya, tadi Flo masih ingin menghajar ketiga perempuan itu. Namun sayangnya, seperti yang kalian tahu, ke-empat sahabat Flo justru memunculkan batang hidungnya lebih dulu.
"Orang tua aku dipanggil sama BK. Tapi, karena mereka lagi ga di sini, jadi aku dibolehin pake wali. Bang Zayn mau kan, besok dateng ke sekolah?" Pinta Flo. Ia sama sekali belum menjawab pertanyaan Zayn yang ingin tahu mengapa pelipisnya terluka.
"Please..." Lanjutnya semakin memelas.
"Kamu berantem?"
Pada akhirnya Flo menghela napas beratnya. "Sebenernya ga niat berantem. Tapi, mereka duluan yang jegal kaki aku sampe pelipis aku berdarah, nih!"
Masa bodo jika Flo dianggap mengadukan. Toh, memang mereka bertiga yang lebih dulu menyulut emosinya. Dan yang paling penting, mereka juga yang lebih dulu membuatnya terluka. Intinya, jangan bawa-bawa dulu jabatannya sebagai wakil ketua OSIS. Karena Flo sendiri notabene-nya hanya manusia biasa. Ia tentu tidak akan tinggal diam apabila ada orang yang semena-mena kepadanya. Apalagi jika bertindak anarkis seperti tadi. Flo pun jelas mempunyai hak untuk melindungi dirinya sendiri.
"Terus kamu apain mereka? Sampai-sampai kamu juga ikut kena sanksi?" Tanya Zayn lembut, namun matanya masih tetap setia menelisik Flo lebih dalam.
"Yaa, intinya aku bales juga. Masa iya aku diem aja sih? Emangnya Bang Zayn mau kalo misalkan aku sampe kenapa-kenapa, gara-gara mereka?"
Zayn terkekeh pelan. Sebelum akhirnya sadar akan sesuatu. Tumben sekali adik sepupunya ini bersikap ceriwis. Karena biasanya, jika Flo bertemu dengan orang asing, maka kepribadiannya sering kali lebih pendiam.
"Kamu ga liat di sini ada siapa?"
"Hmm? Ada siapa emang-" Ucapan Flo terhenti begitu saja saat ia membalikkan kursi putar yang sedang ia duduki. Di belakangnya, lebih tepatnya di sudut kiri, ternyata ada tamu?
What?
Jadi, sejak tadi dirinya mengoceh dan mengadu, mereka semua mendengarkannya?
Oh, Ya Tuhan... Hanya karena perasaannya yang cemas tak karuan bertemu dengan Zayn, ia jadi se-ceroboh ini?
But, wait... Kenapa salah satunya berhasil menarik perhatian Flo?
"Om Denzel?"
Denzel yang sudah menyadari kehadiran Flo lebih dulu, hanya tersenyum tipis. Terkesan tidak menyangka juga bahwa mereka akan bertemu kembali.
"Loh, apa katanya? Om Denzel?"
"Di katain Om ga, tuh?"
Kira-kira begitulah sahutan dari dua orang lelaki yang duduk bersama Denzel.
"Kamu kenal Denzel?"
Flo hanya mengangguk mengiyakan. Lalu matanya kembali beralih menatap Denzel. "Om, kenal sama Bang Zayn?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanficBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...