~~~
Flo terlihat menidurkan kepalanya diatas meja. Di jam istirahat ini, entah kenapa Flo sangat-sangat tidak bersemangat menjalankan kegiatannya. Bukan tanpa alasan tentu saja.
Ethan yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik sahabatnya, hanya menghela napas beratnya. Berbeda dengan Gavin yang justru asik memainkan rambut Flo. Laskar saja yang awalnya fokus memainkan ponselnya, kini sudah beralih menatap mereka. Suasana ini benar-benar membuat mereka tampak asing. Dan Laskar, tidak menyukai hal itu.
"Flo, sini dengerin gue!" Ucap Laskar dengan nada seriusnya, seolah tidak ingin dibantah.
Flo masih diam, tidak membuka suaranya. Namun, ia tetap memperhatikan Laskar.
"Masalah Naresh, jangan terlalu dipikirin. Lo sendiri tau, kan? Dia orangnya kaya gimana? Gue rasa, dia cuma butuh waktu aja buat ada disituasi sekarang." Jelas Laskar.
Ethan mengangguk setuju. "Yang perlu digaris bawahi, bukan berarti Naresh ga suka dengan hubungan lo sama Bang Denzel."
"Gue juga tau itu. Gue cuma ngerasa ga enak aja. Apalagi ini pertama kalinya, gue liat Naresh kaya gitu." Balas Flo pelan.
Mengingat pertemuan mereka tadi pagi, nyatanya semakin membuat Flo memikirkan sahabat laki-lakinya itu. Respon Naresh, tapapan Naresh, serta gesture nya, benar-benar bukan seperti Naresh Davanka yang Flo kenal.
Dan, katakan saja Flo tidak peka. Karena bisa-bisanya dia baru mengetahui perasaan Naresh kepadanya sekarang. Perhatian serta perlakuan manis yang sering Flo terima dari ke-empat sahabatnya, membuat Flo tidak lagi membeda-bedakan mereka semua. Dalam artian, mereka memperlakukannya seperti itu, karena rasa sayang atas nama sahabat.
Namun nyatanya, fakta yang ia dapat hari ini, ternyata Naresh telah memendam perasaan kepadanya sejak lama. Bagaimana mungkin Flo tidak tertampar?
Flo merasa sangat bersalah, karena tadi pagi dia dengan semangat menceritakan perihal hubungannya dengan Denzel kepada mereka. Namun ternyata, dibalik itu semua, tanpa ia sadari ada seseorang yang harus terluka karena kebahagiaannya sekarang.
Ya, tanpa mengatakan satu patah kata pun, tadi Naresh langsung pergi begitu saja. Bahkan, sekarang saja lelaki itu bolos. Entah pergi kemana.
"Gimana? Naresh masih belum bales? Atau angkat telpon kalian?" Tanya Flo khawatir.
Gavin menggeleng. "Gapapa, biarin dia sendiri dulu. Gue yakin, Naresh ga se kanak-kanakan itu, buat terus ngehindar dari lo."
"Paling sekarang juga dia lagi bolos di ruangan bokapnya," Tambah Gavin.
"Susulin ih, kalo dia ketahuan terus dimarahin, gimana?"
"Biarin aja sih, Flo. Sekarang udah jarang-jarang juga, liat anak pemilik sekolah dijemur di lapangan. Lumayan kan, itung-itung hiburan." Celetuk Laskar santai.
"Bukan waktunya bercanda, Laskar Naufa!" Gemas Flo mencubit lengan lelaki itu.
Laskar hanya cengengesan, niatnya memang hanya ingin mengembalikan mood Flo. Dan setidaknya, itu sedikit berhasil setelah melihat perubahan ekspresi diwajah cantik sahabatnya.
"Sekarang Bang Denzel masih dirawat, kan? Jadi, lo gausah banyak pikiran itu-ini. Masalah Naresh, biar kita yang urus. Nanti kita coba bicara juga sama dia." Ucap Ethan menenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanficBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...