Chapter 43

2K 219 18
                                    

~~~

Sudah terhitung tiga hari, Flo tidak berkunjung kemari karena kesibukannya menjalani kegiatan masa orientasi di kampus. Dengan langkah pelan, serta perasaannya yang kian semakin sesak, membuatnya harus menarik nafas hingga beberapa kali. Berusaha mencoba untuk menenangkan diri.

Ya Tuhan, padahal ini sudah bukan pertama kalinya. Tapi, kenapa rasanya masih tetap sama? Begitu menyakitkan.

Sebelum benar-benar masuk, tangan Flo mencengkram erat gagang pintu berlapis besi itu. Ya, selalu saja begini. Mau sekuat apapun Flo, apabila sudah dihadapkan dengan ruangan ini, dirinya memang kerap kali lemah tak tersisa.

Hingga, setelah beberapa saat mengumpulkan keberaniannya, baru lah Flo menggerakkan tangannya untuk membuka pintu tersebut.


Tiga,

Dua,

Satu,


BRUK!!!



Bucket bunga serta paper bag yang ada ditangan Flo terhempas begitu saja ke bawah. Tangannya bergetar hebat, dengan pandangan lurus, ditemani mata yang berkaca-kaca.

Flo jatuh terduduk begitu saja ke lantai, akibat tidak kuasa menahan tubuhnya yang sudah sangat lemas, kehilangan tenaga. Tangisnya seketika pecah, bersamaan dengan bahunya yang bergetar naik-turun. Flo bahkan berkali-kali memukuli dadanya yang terasa nyeri dan sesak.

"Kesini, saya mohon jangan nangis disitu. Saya ga bisa nyamperin kamu sekarang."

Masih dengan tangisannya yang pecah, Flo memejamkan matanya sesaat. Berusaha berpikir jernih, bahwa ini semua pasti bukan hanya sekedar halusinasinya saja, bukan?

Pada akhirnya, Flo memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya. Menatap langsung sosok lelaki yang sedang bersandar di brankar, yang dimana wajah tampannya masih dihiasi oleh selang oksigen.

"Princess?"

Panggilan itu terlalu nyata, untuk Flo anggap sebagai khayalan semata.

Tanpa memperdulikan bucket bunga serta isi paper bag nya yang sudah berceceran dilantai, Flo lantas bangkit lalu menumpahkan tangisnya dalam lekukan leher lelaki yang selama satu tahun ini ia rindukan.

Ya Tuhan, terima kasih. Terima kasih banyak.

Akhirnya, buah kesabarannya selama ini tidak mendapatkan hasil yang sia-sia.

Isak tangisnya semakin menjadi, disaat ia merasakan usapan lembut di punggungnya. Semakin lemas lagi, disaat ia pun merasakan kecupan-kecupan lembut dipuncak kepalanya.

"Om..."

"Maaf, maafin saya."

Flo justru meneteskan air mata bahagianya, semakin mengeratkan pelukannya.

Ya, lelaki yang saat ini membuat Flo menangis bahagia adalah Denzel. Dalam perkembangan selama enam bulan terakhir, kondisi Denzel menunjukkan sedikit peningkatan. Namun, memang belum masuk ke dalam tahap benar-benar stabil.

Jadi, meskipun saat itu Flo menerima kabar baik, nyatanya ia harus tetap sabar menunggu. Kepastian demi kepastian itu tidak juga ia dapatkan, sampai akhirnya Flo benar-benar ikhlas menunggu keajaiban itu datang. Karena seperti apa kata dokter, pasien bisa kembali sadar dan pulih bukan lah hal yang tidak mungkin.

Princess of My Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang