~~~
"Ekhem, princess nya Daddy cerah banget hari ini. Kenapa tuh?"
"Ahh Daddy kaya ga pernah muda aja," Sahut Widya penuh arti.
Flo yang kebetulan baru turun untuk bergabung sarapan, hanya tersenyum merona. Maklum, belum genap satu minggu, jadi wajar apabila mereka masih gencar menggodanya. Dan, tanpa diduga, Flo justru mengangkat tangan kanannya, untuk memamerkan sebuah cincin yang kini terpasang dengan sempurna dijari manisnya.
Pemandangan tersebut sontak saja membuat Widya dan Rio semakin gemas pada putrinya. Sebagai orang tua, mereka pun ikut merasa beruntung dan bersyukur. Karena faktanya, sekalinya Flo memiliki kekasih, sosok tersebut dihadirkan seperti Denzel. Laki-laki dewasa, mapan, bertanggung jawab, prinsipnya tidak main-main, itu semua sungguh memiliki peranan penting dimata Widya dan Rio.
Jika dibilang selektif, memang iya. Pada dasarnya Flo merupakan putri tunggal. Jadi, tentu saja mereka harus pandai memilih agar Flo jatuh kepada lelaki yang tepat.
Point utama dari Widya dan Rio sendiri, tidak harus spesifik seperti ini dan seperti itu. Garis besarnya, jika seseorang itu memiliki niat serius untuk menjaga dan membahagiakan putrinya dengan tulus penuh kasih sayang, maka Rio pun tidak akan ragu untuk memberikan kesempatan.
Dan ya, saat awal-awal mengenal pun, Denzel sudah masuk ke dalam kriteria tersebut. Hanya saja sebelumnya, Rio tidak ingin apabila Denzel terlalu menganggap mudah restu darinya.
"Oh ya, gimana? Oma ada kabarin kamu?" Tanya Widya setelah menuangkan susu cokelat untuk Flo.
"Hmm, semalem ada nelpon. Tapi, ga terlalu lama, soalnya aku lagi ada deadline tugas kuliah."
"Seengganya udah baikan, kan?"
"Ya gitu,"
Diam-diam Rio tersenyum, saat memperhatikan gelagat Flo. Masih antara mood dan tidak mood, saat istrinya membahas perihal Oma.
"Kamu masih marah sama Oma, sayang?" Tanya Rio pada akhirnya.
Widya terdiam menyimak karena memang menantikan jawaban Flo. Toh faktanya, dia sendiri tahu bagaimana keras kepalanya Ayu saat memaksa Flo untuk menjalin hubungan dengan laki-laki pilihannya. Flo yang notabene-nya baru merasakan seperti apa indahnya cinta, tentu kesal dan tidak bisa menerima disaat Ayu menyudutkan Denzel begitu mudahnya.
"Sedikit, mungkin?" Balas Flo tampak berpikir. "Tapi, ya disatu sisi aku juga seneng karena Oma udah minta maaf ke Om Denzel. Dan, kalo aja aku ga malu sama kedewasaan Om Denzel, mungkin aku ga akan langsung maafin Oma."
"Hussss!" Tegur Widya lembut. "Biar gimana pun, Oma tetep Oma kamu, Ibunya Mommy. Jadi, meskipun masih kerasa ganjel, ya dicoba pelan-pelan aja. Mommy yakin, jauh dilubuk hatinya, Oma juga pasti menyesal dan ngerasa bersalah karena udah bikin kamu nangis."
Flo mengangguk paham, tidak berniat memperpanjang. Intinya, mood dia hari ini memang sedang baik. Apalagi saat matanya kembali melihat cincin yang tersemat di jari manisnya, sudah pasti seulas senyum akan langsung terukir diwajah cantiknya.
Jangan salah, gara-gara acara pertunangan mereka yang terbilang serba dadakan, bahkan tanpa pembicaraan terlebih dulu. Nyatanya sukses membuat Flo mabuk kepayang. Coba kalian pikir, selain act of service Denzel yang selalu luar biasa, sisi gentle nya pun tidak perlu diragukan lagi, bukan?
Katanya sih, yang penting itu dibarengi niat, maka pasti semuanya akan berjalan dengan lancar, sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Arrrghhh, sekarang Flo benar-benar dibuat jungkir balik oleh Denzel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...