~~~
Hari senin. Hari berjalannya upacara bendera. Terlihat para murid yang baru saja membubarkan diri dari dalam barisan, langsung berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Tidak semua tentunya, karena sisanya pasti akan berbelok terlebih dahulu ke kantin.
Dari arah lorong kelas IPA, tampak sosok lelaki berpakaian rapih berjalan mendekat. Cukup menyita perhatian, karena beberapa hari kemarin ia menjadi perbincangan hangat setelah sukses mengharumkan nama sekolah ini dengan prestasinya.
"Flo!"
Gadis bernama lengkap Florenza Qiandra itu, otomatis menghentikan langkahnya. Beralih menatap lelaki yang baru saja memanggilnya.
"Sibuk ga? Mau minta tolong dong,"
"Minta tolong apa?" Kening Flo langsung berkerut begitu menanyakan hal tersebut.
"Biasa, tolong catatin nama-nama murid kesayangan guru BK."
Mendengar sindiran halus itu, sontak saja membuat Flo teringat akan empat sahabatnya. Ini hari senin, dan tidak salah lagi, mereka berempat pasti terlibat didalamnya.
Belum sempat Flo mengiyakan, lelaki didepannya justru sudah lebih dulu menyerahkan buku hitam ke tangannya, lengkap dengan balpoinnya.
"Thanks yaa, ibu waketos!" Kekehnya sambil berlari kecil meninggalkan Flo yang mulai menggerutu.
"Dasar ketos ga tanggung jawab!" Meskipun mengomel, tapi Flo tetap melangkahkan kakinya kembali menuju lapangan.
Fyi, di sekolah Flo memang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Sedangkan lelaki tadi adalah Rey, yakni ketua OSIS.
Selama Flo berjalan di koridor sekolah, tidak banyak yang menyapanya. Kepribadian Flo memang cenderung tertutup kepada orang-orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Hal itu didukung pula dengan karakter wajahnya yang memang selalu terkesan sinis. Padahal, mau bagaimana lagi. Mau semurah senyum apapun Flo, kebanyakan orang disekitarnya pasti akan tetap mengatainya sombong. Bahkan, teman perempuannya pun bisa dihitung jari. Sepintas, mungkin itu hanya teman satu kelasnya saja. Entah kenapa, Flo memang tidak pernah berniat untuk menjalin hubungan persahabatan dengan perempuan. Menurut Flo, akhirnya akan tetap fake alias palsu. Sangat berbeda dengan laki-laki, dalam lingkup persahabatan, itu akan mengalir apa adanya. Seburuk-buruknya sisi dalam diri kita, mereka tidak akan pernah menjual cerita kita kepada orang lain.
Dan ya, ke empat sahabat Flo memang laki-laki. Sebentar lagi, kita akan berkenalan dengan mereka.
Dari kejauhan, Flo sudah bisa melihat keberadaan para murid yang sedang berdiri asal dengan acak-acakan. Tidak, itu bukan berbaris namanya. Termasuk ke empat sahabat Flo yang langsung sedikit salah tingkah begitu melihat keberadaannya. Takut mendapatkan omelannya, mungkin?
"Yang ga masuk barisan, berarti berdiri di sini sampe nanti jam pulang yaa!!!" Teriak Flo tanpa basa-basi. Rasanya ia sudah sangat lelah, mengatur anak-anak remaja yang masih tidak bisa berbaris ini.
Satu-persatu nama dan kelas murid yang pada dasarnya tidak memakai atribut lengkap, mulai dicatat oleh Flo. Mereka juga mendapat teguran agar senin depan tidak lagi masuk ke dalam barisan minus kedisiplinan ini. Namun, siapa yang menyangka? Dari senin ke senin, faktanya jumlah murid yang melanggar justru selalu bertambah. Flo benar-benar heran akan hal itu.
"Yang namanya udah dicatet, boleh masuk ke kelasnya masing-masing. Dan, kalo tiga kali berturut-turut nama kalian selalu masuk ke dalam buku ini, berarti otomatis nanti mampir ke ruangan BK yaa. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanficBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...