~~~
Begitu pintu lift terbuka, Flo kembali memapah Denzel dengan hati-hati. Dia sendiri baru tahu bahwa ternyata Denzel tinggal di penthouse pribadi. Dari segi bangunannya saja, sudah bisa ditebak bahwa harganya juga tidak main-main. Seharusnya Flo tidak meragukan hal itu, mengingat karir Denzel sendiri begitu cemerlang di dunia bisnis.
"Dua-sembilan-satu-dua-kosong-empat."
Flo sekilas menatap Denzel yang memang jauh lebih tinggi darinya.
"Password penthouse saya." Ucap Denzel memperjelas.
Password?
Flo tidak salah dengar, bukan?
Denzel baru saja memberitahukan password penthouse pribadinya, kepadanya?
"Kok Om malah ngasih tau aku?" Tanya Flo sembari mengetikkan angka demi angka pada pintu canggih didepannya. "Om ga takut? Kalo misalnya sewaktu-waktu aku rampok ke sini?"
"Kamu berani?"
Flo mengangguk. "Apalagi udah dikasih kepercayaan sama Om. Makin berani."
Bukannya menjadi was-was atau bahkan terancam karena ucapan Flo, Denzel justru tertawa kecil. Nyatanya, dia memang selalu terhibur oleh perkataan Flo yang kelewat polos dan menggemaskan itu.
"Sini, pelan-pelan." Ucap Flo yang lagi-lagi begitu memperhatikan langkah Denzel.
Sesampainya di dalam, Flo membantu Denzel melepaskan tuxedo nya. Terlihat jelas bahwa lelaki itu masih setia menahan rasa sakit. Namun untungnya, wajah tampannya sudah tidak se-pucat tadi.
"Om, aku ijin ke dapur, ya? Mau ngambil air anget?"
Denzel menjawabnya dengan anggukan.
"Sama sekalian ada handuk kecil, ga?"
"Di laci yang kedua,"
Tanpa berlama-lama, Flo segera bergegas mengambil beberapa kebutuhannya. Di mulai dari handuk kecil, baskom yang sudah terisi air hangat, lalu kotak P3K.
Sementara itu, Denzel memperhatikan semua pergerakan yang dilakukan Flo. Sungguh, hari ini dia telah banyak merepotkan gadis itu.
"Om yakin, ga mau panggil dokter?"
Denzel menggeleng singkat. "Saya percayain sama kamu."
"Yaudah, coba liat sini." Flo memberikan instruksi agar Denzel mau melihat ke arahnya dengan jarak lebih dekat lagi.
Flo mulai membersihkan darah yang sudah mengering di dekat pelipis lelaki itu. Lukanya memang terlihat kecil, namun bisa Flo pastikan bahwa ini cukup dalam. Flo pun memutuskan untuk memasang plester di sana. Ia cukup yakin, bahwa Denzel tidak akan memperhatikan lukanya dengan baik.
Setelah selesai, Flo pun kembali meminta ijin untuk mengecek bagian perut Denzel. Kali ini ia khawatir karena tadi Denzel sendiri terlihat begitu kesakitan.
Ditemani ringisannya, Denzel pun perlahan membuka kancing kemejanya. Meskipun pada akhirnya dengan dibantu Flo juga.
Dan, benar saja...
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...