~~~
Naresh, Ethan, Gavin, dan juga Laskar, tampak setia memandangi Flo yang sedang fokus mencatat pelajaran tadi pagi. Flo memang sempat mendapatkan dispensasi, karena acara serah terima jabatan. Keluarnya Flo dari OSIS yang terbilang mendadak, membuat pembina OSIS sedikit kesulitan dalam mencari kandidat baru. Dan ya, kini Flo sudah resmi keluar dari organisasi tersebut.
"Gimana kalo kita gantian nginep di apart Flo?" Saran Gavin langsung mendapatkan tatapan tajam dari tiga orang disekitarnya.
"Itu sama aja bikin Flo curiga, bangke!" Cetus Laskar.
Ethan mengangguk setuju. "Gue juga ga mau kalo Flo sampe paranoid,"
"Terus caranya gimana? Biar Flo bisa terus aman karena kepantau sama kita?" Tanya Gavin lagi.
Mereka semua terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Perihal tersebut, Denzel memang sudah menemui mereka, ke-empat sahabat Flo. Sesuai dengan niatnya, Denzel bermaksud untuk meminta tolong kepada mereka agar lebih ekstra dalam menjaga Flo. Denzel juga mau tak mau pada akhirnya menceritakan kronologisnya pada mereka. Termasuk berbagai ancaman dari Om dan juga Tantenya.
Bukan tanpa alasan Denzel melakukan hal tersebut. Dia benar-benar khawatir sekaligus takut kecolongan sehingga bisa menyebabkan Flo celaka, atau bahkan terluka. Denzel tidak ingin hal itu terulang kembali. Maka jalan pintasnya untuk sementara ini, Denzel meminta tolong pada ke-empat sahabat Flo. Dia juga sempat meminta maaf karena telah menyeret Flo ke dalam masalahnya. Denzel sungguh menyesalkan hal tersebut.
"Kayanya selagi ga ada hal janggal atau mencurigakan, kita ga perlu terlalu khawatir." Ucap Naresh setelah sekian lama terdiam. "Asal kita jangan sampe lengah aja. Location Flo udah terhubung sama handpone kita, kan? Itu bisa jadi acuan kita buat jagain Flo dari jauh. Jadi, ga usah ada jadwal nginep-nginep gantian segala. Karena itu pasti bikin Flo curiga."
"Gavin mah pasti modus, biar bisa makan gratis di sana!" Sindir Laskar.
"Lo juga doyan gratisan, kalo lupa!" Balasnya tak mau kalah.
"Seengganya mending doyan gratisan, daripada mata duitan!" Kalimat so bijak itu mendadak keluar dari mulut sang buaya Cakrawala, Laskar.
"Lagian gue heran, itu Om Tantenya si Bang Denzel mata duitannya bikin ampun! Serakahnya apa lagi?!" Komentar Gavin menyambung ke arah pembicaraan mereka kemarin bersama Denzel.
"Manusia kalo udah dibutain ya gitu." Ethan menyahuti.
"Sebenernya gampang kalo mau buat perusahaan Om Tantenya Bang Denzel yang sekarang gulung tikar. Kita bisa minta bantuan bokap, ya ga, sih?" Ucap Gavin tiba-tiba.
"Bang Denzel pasti punya caranya sendiri buat ngejatuhin mereka. Percaya sama gue, dia orangnya ambisius." Balas Naresh. Meskipun dirinya sempat kesal pada Denzel karena telah membuat Flo dalam bahaya, namun tidak dipungkiri bahwa Naresh juga memuji sisi tanggung jawab dari lelaki itu. Mau terbuka pada mereka.
"Pasti udah ketebak, yang ada di otak Om Tantenya cuma money!"
"Iya, beda sama lo. Di otaknya cuma cewe!" Sinis Ethan melirik Laskar.
"Selagi bukan cewe orang, ga masalah dong?" Belanya tersenyum nakal. Brengsek memang jika berdebat dengan Laskar perihal perempuan. Dia selalu pintar dalam hal tersebut.
"Inget karma indosi*r, nyet! Ga laku sampe jadi bujangan lapuk, mampus tuh!" Ledek Gavin tak tanggung-tanggung.
"Kata nyokap gue, kalo doanya jelek sih biasanya suka balik mantul ke orang yang doainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanficBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...