~~~
Flo memejamkan matanya karena terkejut saat Denzel memukul dinding di rumah sakit dengan emosi yang meluap-luap. Tadi sesaat setelah memberitahu Denzel, lelaki itu langsung datang ke tempat lokasi kejadian. Flo yang melihat bagaimana kacaunya Denzel pun berinisiatif untuk ikut ke rumah sakit, menemaninya.
Tak lupa, Flo juga sekalian memberi kabar pada Zayn.
"Arrghhh, sialan!"
"Brengsek!"
"Bajingan!"
Denzel terus mengumpat. Tangannya masih terkepal kuat, dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Berani-beraninya mereka menyentuh orang-orang terdekatnya?
Dengan langkah ragu, Flo berjalan mendekati Denzel yang masih tertunduk lemas. Bahkan, setelan kerjanya yang biasanya selalu terlihat rapih, kini sudah sangat berantakan. Menunjukkan secara langsung, seberapa kacaunya dia sekarang.
"Om?"
"Bajingan kalian!" Desis Denzel tajam.
Tangan Denzel yang sudah terangkat hendak kembali memukul dinding, tertahan saat Flo menahannya. Meskipun memang sedikit takut, tapi Flo sendiri tidak bisa diam saja melihat Denzel yang seperti ini.
"Jangan kaya gini, jangan sakitin diri Om sendiri." Ucap Flo pelan. "Tuh kan, sampe lecet-lecet kaya gini." Flo mengusapnya dengan lembut.
Denzel diam, dengan napasnya yang memburu. Tidak, dia tidak mungkin diam saja setelah apa yang terjadi pada Ravi.
"Sekarang, kita fokus dulu sama kondisinya Om Ravi, ya? Itu yang paling penting."
Melihat Denzel yang tidak banyak membantah, Flo akhirnya menuntun tangan Denzel untuk duduk. Saat ini mereka sedang berada didepan ruang gawat darurat. Menunggu pasti bagaimana hasil dari kondisi Ravi.
Begitu duduk, Denzel masih terdiam melamun. Pikirannya benar-benar kacau, melihat Ravi, orang kepercayaannya terbaring dengan kondisi yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Sialan!
Keparat, mereka semua!
"Sini,"
Tanpa diduga, Flo menarik Denzel ke dalam pelukannya. Dalam keadaan seperti ini, biasanya yang dibutuhkan memang cukup pelukan. Flo memang tidak bisa membantu banyak. Namun ia pikir, setidaknya ini bisa sedikit menenangkan Denzel dari kekhawatirannya.
"Percaya sama aku, Om Ravi pasti baik-baik aja. Selama ini, dia orangnya kuat, kan? Ga ada yang perlu ditakutin, selama Om Denzel sendiri percaya sama Om Ravi."
"Kenapa harus Ravi?" Denzel bergumam dengan sangat pelan.
Flo hanya tersenyum tipis, tetap berusaha menguatkan lelaki yang sedang berada dalam dekapannya. Tangannya setia mengusap punggung Denzel dengan lembut.
"Selain sahabat saya, sejauh ini cuma Ravi orang yang saya percaya. Dia orang yang selalu ada buat saya. Sekalipun dalam keadaan bahaya. Saya takut dan juga marah, karena saya memang ga punya siapa-siapa lagi."
Flo tiba-tiba mengeratkan pelukannya. Mengingat kembali pengakuan Denzel yang sebatang kara, nyatanya kini sukses menyentil hati Flo. Dia memang belum pernah merasakan seberat apa beban yang ada dipundak lelaki ini. Namun, Flo seolah mampu membayangkan bagaimana sesaknya perasaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanfictionBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...