~~~
"Maaf, udah ngerepotin kamu selama beberapa hari ini."
Flo menatap Denzel dengan sedikit tak suka. "Engga ih, sama sekali ga ngerepotin!"
Denzel hanya tersenyum, menggenggam tangan mungil Flo. Hari ini, sebenarnya dia sudah boleh pulang. Namun masih menunggu kedatangan dokter yang memang dijadwalkan akan datang sore nanti.
Jika tidak ada Flo, mungkin sekarang Denzel sudah bergegas pulang lebih dulu. Masalah dokter, itu bukan hal yang sulit, karena Denzel sendiri bisa memanggilnya untuk datang ke penthouse. Namun mengingat bagaimana cara Flo yang selalu memperhatikan serta mengkhawatirkannya, membuat Denzel tidak ingin membangkang. Setidaknya, perasaannya pun menghangat atas apa yang dilakukan Flo untuknya selama beberapa hari terakhir ini. Gadis cantik itu terlihat sangat manis saat merawatnya atau bahkan mengomelinya.
"Laper? Mau makan ini dulu, ga?"
Denzel menggelengkan kepalanya, melirik Flo yang rupanya sedang memakan apel. Tolong catat, hobi Flo memang makan. Denzel sudah tidak heran lagi melihatnya.
"Jangan malu-maluin gitu dong, itu kan buah-buahannya buat yang sakit!" Omel Zayn, disampingnya ada pula sahabat Denzel yang lain, yakni Azka dan Ken.
Hari ini mereka sengaja berkumpul, setelah kemarin-kemarin sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Jangankan yang sakit, yang sehat aja butuh buah-buahan, Abang Zayn." Balas Flo beralasan.
"Tapi, itu Abang belinya buat Denzel, bukan buat kamu."
"Pelit banget, makanya sekarang ga heran sih kenapa Om Denzel lebih tajir melintir, daripada Abang!"
Azka dan Ken sudah tertawa mendengar perdebatan kedua saudara itu. Sedangkan Denzel hanya tersenyum, sembari memberi kode agar Flo tetap memakan buah apel ditangannya.
"Oke gitu, besok-besok kalo ada apa-apa jangan ngadu ke Abang ya. Ngadu aja tuh sama Om kamu!" Sinis Zayn. "Jangan lupa, sekalian minta jajan juga, kan tajir melintir!"
Flo menatap geli Abangnya yang terlihat sedang merajuk itu.
"Gapapa Flo, kalo ada apa-apa, kamu bisa bilang ke kita juga. Pasti siap bantu kok." Ucap Azka menyahuti.
"Tinggal calling aja, oke?" Tambah Ken, yang sialnya semakin membuat wajah tampan Zayn suram.
Apa-apaan itu? Mereka sengaja bekerjasama untuk memanas-manasinya?
"Siap, abang-abang semuanya." Balas Flo semakin bersemangat membuat kekesalan Zayn bertambah.
Tanpa Flo sadari, kini ada pula lelaki yang tengah menatapnya dengan intens. "Yang paling utama, kalo ada apa-apa kamu tetep harus bilang saya dulu." Bisik Denzel pelan, namun penuh penekanan.
Flo sontak saja mengulum senyumnya. Barusan dia tidak salah dengar, bukan? Rupanya, wajah tampan Denzel yang memang lempeng-lempeng saja itu secara tidak langsung sedang cemburu?
Jangan lupa, ini masih sisi cemburu Denzel yang tertahan. Karena lelaki itu memang belum memperlihatkannya secara jelas. So, mari kita lihat kedepannya, bagaimana sisi cemburu dari seorang Denzel Edelsteen yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
FanficBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...