Chapter 23

2.5K 268 24
                                    

~~~


Masih lengkap dengan seragam sekolahnya, Flo terlihat sudah kembali duduk manis di ruang rawat inap Denzel. Dan rupanya, tidak ada yang bisa mencegah kengeyelan gadis ini. Intinya, sepulang sekolah Flo akan langsung ke rumah sakit, menemani Denzel.

Titik.

Zayn saja sampai angkat tangan. But, disatu sisi dia tidak menyangka bahwa mereka akan cukup cepat memperjelas hubungannya. Sejak pertama kali tahu bahwa mereka berdua saling mengenal, sebenarnya Zayn sudah mempunyai feeling bahwa Denzel memang tertarik pada Flo. Namun, itu bukan masalah. Selama mereka saling menyukai, Zayn mendukung-mendukung saja.

"Gimana perkembangannya?"

"Masih tahap penyidikan, Tuan. Beberapa identitas yang memang terbukti terlibat, sudah mulai dipanggil satu-persatu." Jelas Ravi membeberkan informasinya.

Flo, yang sedang duduk disofa sembari menyantap makan siangnya, hanya diam menyimak.

"Dan, untuk kasus Tuan Putra, sepertinya ada yang kita lewatkan, Tuan."

"Maksudnya?"

Ravi sekilas melirik i-Pad ditangannya. "Selain kasus penyerangan, percobaan pembunuhan, peneroran, penggelapan dana, dan suap. Ternyata, Tuan Putra juga terlibat ke dalam penipuan dan juga perjudian online."

"Sedangkan istri dari Tuan Putra sendiri, terbukti positif menggunakan narkoba." Kelanjutan ucapan Ravi barusan, sukses mengalihkan perhatian Flo.

"Ga aneh, Om. Muka-muka mereka, emang muka banyak dosa. Padahal, menurut aku itu tuntutannya masih kurang banyak loh. Harusnya tambahin sama kasus-"

"Florenza, telen dulu makanannya." Tegur Denzel.

Ravi merapatkan bibirnya agar tidak tertawa, ataupun tersenyum. Meskipun dirinya juga sudah bisa menebak ketertarikan Denzel kepada Flo, tapi entah kenapa menurutnya vibes dari hubungan mereka itu lucu saja. Layaknya seperti adik dan kakak. Namun, dibalik itu semua, Ravi juga mengakui, mereka memang terlihat manis dan serasi.

"Om Denzel, kenapa biasa aja sih, kalo lagi bahas mereka? Padahal, aku yang ga kenal aja gemes banget, sama apa yang udah mereka lakuin." Cetus Flo.

"Pokonya kalo mereka ngehubungin Om Denzel lewat pengacaranya, jangan mau atau pun nge-iyain permintaan mereka. Karena paling ujung-ujungnya mereka cuma minta Om Denzel buat ngeringanin hukuman mereka." Lanjut Flo lagi.

"Makan dulu, abisin!"

Flo sedikit memajukan bibirnya. Membuat Denzel menatapnya dengan geli. Sejak kemarin, gadis itu mudah sekali merajuk. Dan, Denzel tidak tahan melihatnya karena itu sangat menggemaskan. Paras mulus, serta kulit putih bersihnya, membuat Flo terlihat seperti bayi.

Ahh, satu hal yang tidak kalian ketahui tentang Flo, sejujurnya Denzel pun baru tahu bahwa Flo memang masih menggunakan sampo dan juga sabun mandi khusus baby. Katanya, wanginya lebih candu. Dan ya, sekarang Denzel sudah menjadi korbannya.

"Yang terakhir, perusahaan gimana?"

"Aman terkendali, Tuan."

Denzel mengangguk berterima kasih, kemudian memberi isyarat bahwa Ravi sudah boleh keluar sekarang.

"Sini,"

Mendengar suara tersebut, Flo hanya menatap Denzel dalam diam.

"Makannya disini," Perjelas Denzel.

Flo menurut, ia tidak banyak bicara karena memang sedang mengunyah makanannya.

"Tadi di sekolah, kenapa ga makan siang?"

Princess of My Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang