~~~
Seorang gadis terlihat berjalan tergesa-gesa disepanjang koridor rumah sakit. Napasnya yang sudah tidak beraturan membuatnya sedikit kurang fokus, sampai harus membungkukkan badannya beberapa kali untuk meminta maaf pada orang-orang yang hampir ia tabrak.Hingga tak berselang lama, perlahan namun pasti, hembusan napas itu mulai terdengar beraturan saat matanya menangkap seseorang yang telah membuatnya cemas bukan main.
Ravi yang kebetulan pertama kali menyadari keberadaan Flo pun lantas berdiri. Berbeda dengan lelaki disampingnya yang hanya diam menundukkan kepala, masih belum menyadari kehadiran Flo.
"Om Ravi masih ada urusan?"
Pertanyaan Flo barusan tentu saja sukses membuat lelaki itu mengangkat kepalanya.
"Princess?"
Flo sekilas memberikan senyum manisnya, menatap manik indah milik Denzel.
"Kalo emang Om Ravi masih sibuk gapapa, sekarang Om Denzel sama aku. Maaf kalo udah ngerepotin." Lanjut Flo kemudian.
"Ini sudah tanggung jawab saya, Nona."
"Makasih banyak Om,"
Ravi mengangguk singkat. "Saya permisi dulu, Nona, Tuan."
Setelah kepergian Ravi, hanya ada keheningan yang menyapa mereka. Denzel yang kembali terdiam dengan lamunannya, dan Flo yang terfokus menatap Denzel dengan ditemani tatapan penuh artinya.
Denzel refleks menoleh ke arah Flo saat merasakan tangan mungil yang hangat itu menggenggam tangan dingin miliknya. Ia bahkan sempat tertegun selama beberapa saat, begitu mendapati tatapan serta senyuman yang terpancar diwajah cantik tunangannya.
"Om Denzel, gapapa?"
"Ya, saya gapapa." Jawab Denzel serak.
"Om, tau kan, kalo Om ga sendirian? Ada aku, Mommy, sama Daddy, yang juga jadi keluarga Om."
Kali ini wajah tampan itu memperlihatkan senyum tipisnya. "Makasih, princess. Saya ga tau harus bilang apalagi, selain sayang sama takut kehilangan kamu."
"Aku disini, jangan takut apa-apa." Balas Flo yang kemudian memeluk erat tubuh kekar Denzel.
Denzel sengaja memejamkan matanya, untuk menikmati pelukan menenangkan ini.
Ya, siang ini kabar mengejutkan sekaligus kabar duka itu datang.
Om dan Tante Denzel, yakni Putra dan Hera, ditemukan meninggal dunia karena dugaan bunuh diri. Dari barang bukti yang ada, mereka berdua sama-sama sengaja mengonsumsi obat-obatan terlarang secara berlebih, sehingga mengakibatkan overdosis. Sedangkan, untuk motifnya sendiri, saat ini masih dalam penyelidikan tim investigasi.
Sejujurnya, Denzel memang sempat menginginkan mereka berdua pergi dari kehidupannya. Namun, tidak dengan cara seperti ini. Tidak dengan kisah tragis ini. Karena biar bagaimana pun, mereka masih termasuk ke dalam bagian dari keluarga besarnya.
"Saya ngerasa bersalah, karena selama ini saya ga pernah lagi berkunjung ke lapas mereka." Jujur Denzel mengungkapkan perasaannya saat ini. "Setiap kali mereka coba ngehubungin saya lewat pengacara saya, saya selalu anggap itu angin lalu, karena berpikir udah ga ada lagi hal yang penting di hubungan kami."
"Tapi sekarang,"
Denzel sempat menggantungkan ucapannya sembari menatap intens Flo. Tatapannya yang begitu dalam, membuat Flo ikut terhanyut ke dalamnya.
"Sekarang saya sadar, kalo apa yang saya lakuin juga ga bisa dikatakan sepenuhnya benar."
Mendengar penuturan tersebut, Flo memang sudah bisa menebak bagaimana perasaan Denzel yang sesungguhnya. Kentara dengan jelas dari tatapan, serta genggaman tangannya yang kini sudah mengerat, seolah takut kehilangan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of My Heart [Completed]
ФанфикBerawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, hingga tanpa sadar membawa keduanya terjebak dalam perasaan yang sama. "Sekali lagi, terima kasih?" Mengerti tatapannya, Flo langsung menyerukan namanya. "Flo, Florenza Qiandra." "Yaa, terima kasih...