04 | TINJAU LOKASI

5.3K 717 42
                                    

Kalee harus pergi, jadi Nora sendirian yang bicara langsung dengan Kalandra. Alih-alih bicara di ruangan pria itu, Kalandra memilih mengobrol dengannya di ruang tunggu. Nora kembali duduk di tempatnya tadi dan Kalandra duduk di hadapannya. Mereka dipisahkan sebuah meja.

Nora mulai menjelaskan panjang dan lebar bangunan rumahnya dan juga konsep yang diinginkan. Karena rumah tersebut akan menjadi tempat tinggal dan juga menjadi tempat les lukis untuk anak-anak. Membuat hunian yang nyaman dan juga peserta didiknya nanti.

Hanya Nora yang bicara sedari tadi, Kalandra hanya diam, bahkan tidak menatapnya karena pria itu fokus menatap layar iPad yang ada di tangannya.

Nora pun diam.

Apakah Kalandra mendengarnya?

Dan tersentak saat pria itu membalas tatapannya. Begitu datar.

"Gak mau pake jendela?"

Ternyata pria itu mendengarnya. Nora mengangguk.

Kalandra menaruh iPad di atas meja, mendorongnya ke arah Nora. "Coba lo lihat dulu. Kali aja lo mau kayak gitu."

Nora menatap gambar tersebut, ia meminta izin pada Kalandra untuk memegang iPad tersebut yang diangguki Kalandra. Nora pun fokus menatap layar tersebut. Memperlihatkan sebuah bangunan yang memakai skylight.

"Kalau bagian bawah kan lo bilang pake pintu kaca, jadi sinar matahari gampang masuk. Terus untuk lantai dua gue saranin, kalau lo gak mau pake jendela, pake atap kaca aja biar sinar matahari masuk. Soalnya sinar matahari yang masuk ke dalam setiap sudut ruangan bakal membantu membunuh kuman ataupun bakteri yang bakal menimbulkan berbagai penyakit."

Nora sedikit tercengang karena baru kali ini mendengar Kalandra bicara panjang lebar, meski tetap saja datar. Ia mengangkat pandangannya dan kembali bertemu pandang dengan Kalandra.

"Atap kacanya gak secara keseluruhan kok. Kalau lo mau bisa di kamar doang atau di bagian dapur. Gimana?"

"Oke. Sarannya Mas Kala bagus."

"Jadi, gue bikin desainnya dulu. Tapi, sebelum itu, gue mau tinjau lokasinya."

"Kapan Mas Kala mau pergi melihatnya?"

Kalandra melirik jam yang melingkar di pergelengan tangannya. "Setelah gue makan siang."

"Oh oke, Mas. Kalau gitu aku kirim alamatnya aja, ya. Nanti kita ketemu di sana." Nora kini berdiri usai meletakkan iPad di atas meja. Diikuti Kalandra yang menaruh ponselnya di atas meja. Lalu mengendikkan dagu. Nora mengernyit menatap ponsel Kalandra kemudian Kalandra.

"Nomor hape lo. Gimana lo bisa kirim alamatnya?"

"Ah harusnya aku kan yang minta nomornya Mas Kala?" tanya Nora bingung. Kalandra hanya diam yang membuat Nora kikuk kemudian mengeluarkan ponselnya. Kalandra pun menyebut nomornya dan Nora pamit.

•••

Samar-samar Nora mendengarkan suara orang menggerutu, sekarang ia yang berada di lantai dua rumahnya. Memang, ia membiarkan pintu di lantai satu terbuka. Bahkan membuka semua pintu besinya. Tapi, suara yang menggerutu tersebut bukanlah suara Kalandra, melainkan suara wanita.

"Kenapa sih Mas, kita gak bareng aja perginya?"

"Lo kan punya mobil sendiri."

"Ya, tapi repot kan Mas. Tadi aja aku hampir salah jalan."

"Cuma hampir, kan?" suara Kalandra tetap datar meski Ivanka merengek manja.

"Lagian tumben banget Mas Kala nyuruh aku ikut tinjau lokasi?"

"Lo masih mau kerja, kan?"

"I-iya Mas. Kan aku cuma nanya. Gak usah marah dong. Biasanya kan kerjaanku cuma atur jadwal meeting Mas Kala doang."

Dan suara Kalandra tak lagi terdengar. Yang terdengar adalah suara tapak kaki yang menaiki tangga. Cepat-cepat Nora menjauh dari arah tangga. Ke sebuah ruangan di sudut yang merupakan kamar tersebut.

"Nora!"

Suara Kalandra mengalun dengan berat membuat Nora sedikit tersentak, ia pun keluar dari kamar tersebut dan bertemu dengan Kalandra, juga Ivanka. Memberikan senyum tipis pada dua orang tersebut. Mereka mengamati lantai dua tersebut. Nora pun mengutarakan keinginannya jika di lantai dua pada sisi kiri ingin membuat dapur sekaligus ruang santai tanpa sekat. Ya mungkin hanya menaruh satu sofa panjang nantinya dan juga TV lebar serta dapur mini dan meja makan mini.

Kalandra mendongak untuk melihat atap. Lalu menatap Nora. "Kitchen-nya nanti di sini?"

Nora mengangguk.

"Seperti yang gue bilang sebelumnya, skylight-nya gak usah full satu atap biar gak terlalu panas nantinya. Nanti di atas westafel aja, ukurannya nanti disesuain."

Sekali lagi Nora mengangguk.

Kalandra melirik Ivanka yang cuma diam, ia pun menegur wanita itu agar mencatat apapun yang ia katakan. Ivanka cemberut dan mulai mencatat lewat memo ponsel.

Kemudian mereka berada di sisi kanan, satu-satunya ruangan di lantai tersebut. Cukup luas. Kalandra mengetuk-ketukkan kepalan tangannya di tembok. "Masih kokoh," gumamanya kemudian menatap Nora. "Berarti nanti ini kamar lo, kan?"

"Iya Mas."

"Mau dirombak atau kayak gini aja?"

"Bagian kamar mandinya sih. Terlalu sempit." Mereka pun membicarakan lebih lanjut turun ke lantai bawah, apa yang diinginkan Nora pada bentuk rumahnya, Kalandra sesekali memberi saran juga merekomendasikan tukang bangunan. Nora pun mempercayakan biar Kalandra yang mengurus semua itu.

Hingga mereka selesai, Nora yang bersiap menutup kembali pintu besi tersebut, terurungkan karena Kalandra menggantikannya. Ia pun menunggu, melirik Ivanka yang mengarahkan kamera ponsel ke arah Kalandra yang saat ini urat-urat tangannya semakin terlihat karena menarik pintu besi tersebut.

Kemudian, mengunci pintu tersebut. Menyerahkannya pada Ivanka. Ivanka yang bingung pun menyerahkannya pada Nora.

Nora sama bingungnya, bisa saja Kalandra langsung memberikannya, kan?

Sehingga Nora tersadar jika sejak di kantor hingga beberapa saat yang lalu Kalandra tidak melakukan kontak fisik padanya dan juga terkesan menjaga jarak. Bahkan dari yang ia curi dengar jika Kalandra yang membawa Ivanka untuk menemaninya meninjau lokasi baru kali pertama. Hal yang awalnya membuatnya resah karena mengira hanya berduaan dengan Kalandra, makanya ia membuka seluruh pintu besi tersebut. Tapi, adanya Ivanka membuat rasa resahnya hilang.

"Ya udah. Tiga hari ke depan, setelah desainnya selesai, gue kirim. Kalau ada yang kurang dan lo mau tambahin bilang aja," ujar Kalandra berdiri di hadapan Nora yang kini berdiri di sebelah mobil.

"Iya Mas. Terima kasih."

Kalandra melirik seseorang yang berdiri tak jauh dari sana. Seseorang yang menarik perhatiannya. Karena saat ia tiba di sini, orang itu sudah berdiri di dekat lampu jalan yang ada di seberang rumah tersebut. Saat ia melirik, sosok itu langsung membuang pandangan dan menurunkan topinya hingga wajahnya tak terlalu nampak kemudian pergi dari sana.

Nora pamit membuatnya mengangguk. Mobil yang dikendarai Nora pun meninggalkan halaman rumah tersebut.

Kalandra menatap Ivanka yang senantiasa berdiri di sebelahnya. "Lo balik duluan."

"Mas Kala mau ke mana?" pertanyaan Kalandra tak di gubris Ivanka, malah pria itu segera melajukan mobilnya. Dengan cepat Ivanka pun naik ke mobilnya, diam-diam mengikuti Kalandra dan mengernyit karena Kalandra mengikuti Nora.

Siapa sih sebenarnya wanita itu? Kenapa bosnya yang ia kenal cuek tiba-tiba bertingkah seperti pengintai?

Sangat aneh.

_________________________

Jul 13 2022

I HATE MENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang